Fight 51

28K 1.7K 39
                                    

Ruangan tampak sunyi. Suara manusia yang seharusnya menggema justru memilih bungkam di saat tujuan dikumpulkannya beberapa orang seharusnya mengutarakan pendapat. Ini adalah meeting dengan divisi inovasi. Hendak membicarakan cetusan baru untuk sistem marketplace.

Alih-alih mengutarakan inovasi. Mereka justru dibuat berkeringat dingin dengan raut menyeramkan Adam yang menatap lurus dari kursi kebanggannya. Tangan bertopang dagu itu membuat aura bad mood nya semakin mengerikan.

"A-anu... apa meeting bisa dimulai Tuan?" sahut kepada divisi inovasi.

"Kamu pikir aku menghabiskan waktu di sini untuk apa? Melihat kalian bengong?!" ketus Adam.

Mereka semakin tertekan. Siapa pun tidak ada yang tahu kenapa bosnya mendadak kesal. Yah, satu-satunya orang yang tahu alasannya mungkin hanya Theo. di samping itu, Theo juga lah penyebab situasi meeting jadi seperti ini.

Flashback On.

"Tuan setelah meeting dengan divisi inovasi, kita kedatangan tamu dari Inggris. Suruhan Tuan Adler dari bangsawan Adler yang menjadi teman bisnis Tuan. beliau diperintahkan kemari untuk mencari kado special yang akan diberikan ke Nyonya Adler untuk merayakan hari pernikahan. Beliau ingin-" Theo menjeda kalimat ketika menyadari Adam justru menatap Starla dengan tatapan memuja.

"Tuan?"

"Hm?"

"Apa Tuan mendengarkan ku?"

"Hm...."

"Hah! Karena ku dengar beliau sudah sampai di bandara sedangkan lima menit lagi Tuan akan meeting maka saya akan membawa Nona Starla untuk menemani saya mencari barang yang diinginkan delegasi Tuan Adler."

"Apa kamu bilang?" sahut Adam. Ia baru sadar setelah nama Starla disebut. Begitupun Starla. Ia langsung menoleh saat namanya disebut.

"Kenapa harus Starla?! Dia kan asisten ku!" sambung Adam tidak terima.

"Saya memilih Nona Starla karena mengingat sudah lama tinggal di sini. Ku yakin banyak tempat yang Nona Starla tahu. Selain itu Nona Starla perempuan jadi akan lebih mudah memilih hadiahnya mengngat Nyonya Adler juga perempuan."

"Tidak, kalau Starla ke sana aku juga akan ke sana!" cetus Adam seperti bocah yang akan ditinggal pergi Ibu nya.

"Lalu bagaimana meeting dengan-"

"Batalkan!"

"Hah... tolong pikirkan lagi. Deadline even hari Ibu tinggal beberapa hari lagi. Bukankah Tuan ingin menaikkan omset di hari itu dengan melakukan perbaikan sistem?"

Kening Adam mengerut. Bimbang memenuhinya. Namun, tetap saja, akal itu kopong berkat tajuk asmara yang sedang membumbui hatinya.

"Theo aku tidak keberatan menemani mu," sahut Starla. Ia mendekati dua pejantan yang tampak bersih tegang dengan pendapat masing-masing.

"Aku belum mengizinkan mu!" seruduk Adam.

"Maaf harus mengatakan ini," Starla bersedekap tangan dan melayangkan tatapan datar. "Tolong bersikap selayaknya pemimpin. Tuan tidak terlihat keren sama sekali dengan menolak jadwal meeting!"

JEDER!

Sebuah panah tak kasat mata seperti menembus jantungnya. Starla sudah memberi sindiran keras. Mental Adam seketika down dengan ungkapan 'tidak keren' itu. Sejauh ini, perempuan mana yang tidak memuja penampilannya? Adam sampai tidak bisa berkata-kata lagi.

"Waktunya meeting Tuan," sahut Theo mengalihkan kesadaran Adam.

"O-oke...." gumamnya. Ia berjalan ragu keluar ruangan. Seperti sihir, Kakinya beranjak begitu saja tanpa menolak.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang