Fight 16

41.8K 2.5K 21
                                    

Daniel tampak diam. Starla yang merasa aneh langsung menoleh dan mendapati wajah Daniel tampak muram. Si*lan! Kalau Starla tidak tahu wajah asli orang di sampingnya pasti ia akan cinta sampai bisa mengorbankan segalanya.

Benar-benar akting yang natural!

"Maaf Starla. Kamu pasti kepikiran tetang penalti itu ya?"

"Kan sudah ada jalan keluarnya."

"Iya... tapi tetap saja... aku merasa tidak enak dengan mu dan juga almarhum Papa."

"Sudahlah, toh... semuanya sudah terjadi," komentar Starla pasrah.

Benar! Selama Adamson menargetkan dirinya. Starla tidak bisa berbuat apapun. Melawan pun percuma. Orang itu adalah penguasa di balik layar. Bertingkah seperti pembisnis biasa namun asetnya mampu menggoncangkan ekonomi sebuah negara.

Kepala Starla makin berdenyut. Ia segera mengambil pilnya di tas dan meneguknya. Di samping tampak Daniel yang menatap penuh khawatir.

"Pelan-pelan minumnya," ucap Daniel. Ia tampak memperlambat laju mobil sehingga mendapat pekikan klakson dari mobil belakang yang tidak sabar. Padahal macet sedang terjadi. Daniel memilih tidak peduli. Ia fokus ke istrinya yang sedang meneguk pil.

****************


"Ah... sepertinya akan hujan," hela nafas seorang wanita paruh baya namun masih terlihat awet muda. Dia Sayu Caroline, Ibu Adamson.

"Prediksi cuaca akhir-akhir ini sering meleset. Sepertinya efek pemanasan global mulai kita rasakan sekarang," ucap Fernand Adamson tak lain adalah Ayah Aldebara Adamson alias Adam.

"Itu karena banyak orang serakah yang terlalu sering memanfaatkan alam tanpa memikirkan dampaknya. Semua itu demi kepuasan pribadi," dengus Adam sambil menyantap telur goreng sosis dan roti bakarnya untuk sarapan.

Keluarga kecil itu tengah sarapan bersama di sebuah rumah sederhana di komplek perumahan. Keluarga Adamson memang memiliki rekam jejak bisnis memukau. Namun, setelah menikah dengan Sayu Caroline yang sejatinya hanya wanita biasa membuat Fernand menuruti kemauan sang istri dengan tinggal di rumah sederhana.

Namun, tidak bisa dielakan kalau rumah utama bak istana megah milik keluarga Adamson tengah berdiri di sebuah pekarangan di pusat ibu kota. Dari pada dihuni, rumah itu sering ditinggal dan menyisahkan para ART yang bekerja. Sesekali Adam pun kesana untuk sekedar merehatkan diri.

"Lihatlah anak ini..." dengus Fernand melirik Adam yang tengah menyantap sarapan. "Dia membicarakan dirinya sendiri," dengus Fernand.

"Aku tidak serakah. Aku hanya memberikan apa yang mereka minta. Kalau mau bilang serakah. Seharusnya Ayah bilang kepada para klien ku!" sungut Adam

Sejak kecil Ayah dan Anak ini memang tidak akur. Entah apa yang mendasarinya. Mungkin ini seperti insting laki-laki yang harus berebutan kasih sayang kepada satu-satunya perempuan di rumah ini.

"Halah! Kamu pikir Ayah tidak tahu semua aktivitas bisnis mu selama di Kanada?! Ayah punya mata-mata asal kamu tahu..."

"Iya. Theo kan?" jawab Adam datar.

"Bukan... ada lagi!"

"Sudahlah, kalian selalu seperti ini. Jika bertemu pasti adu mulut. Kalau jauh pasti selalu tanya kabar," saut Sayu. Tidak habis pikir dengan kelakuan Ayah dan Anak yang menunjukan kasih sayang dengan cara unik mendekati aneh.

"Oh... ternyata Ayah diam-diam mengkhawatirkan ku?" ledek Adam merasa menang.

"Buat apa?! Kamu kan sudah besar!"

"Hemm...." dehem Adam dengan tatapan jail.

"Bukan hanya Ayah. Adam juga kalau di telepon sama Mama pasti tidak lupa tanya tentang Ayah. Kalian itu sebenarnya saling menyayangi. Jadi tidak usah malu-malu. Mama jadi kerepotan sendiri menanggapi sifat kekanakan dua bocah besar ini!" saut Sayu kesal.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang