Masih dengan di tempat yang sama. Starla bangkit. Mendudukan diri ke sofa. Matanya kosong memandang kursi tunggal di sana.
"Brengsek!" umpatnya di sela hembusan nafas berat.
Dering ponsel mengalihkan fokusnya. Melirik sekilas dan mendapati Daniel memanggil.
Starla benci dibohongi. Starla benci pengkhianatan. Oleh karena itu, Starla harus melihat kedua jelmaan binatang itu mengemis ampun!
Iya! Starla memang pendendam. Memangnya hal apa lagi yang bisa membuat wanita tulus melancarkan balas dendam jika bukan pengkhianatan?
Terlebih dengan semua usahanya sejauh ini? Meyakinkan Papanya dan bahkan menjadikan Daniel dari yang tidak punya apa-apa menjadi seseorang dalam tatanan bermasyarakat.
"Hallo?" panggil Starla setelah mengangkat dial.
"Sayang kamu tadi nelpon. Kenapa?"
"Iya, tadi Tante Sarah mencari mu."
"Oh iya. Tadi aku sudah bertemu beliau dan mengobrol. Sekarang kamu di mana?"
"Aku?"
Terdengar deheman dari seberang sana diikuti suara bising banyak orang.
"Aku di kamar mandi." dusta Starla. Menyorot nanar kursi tunggal tempat mereka bercumbu tadi.
Rasanya lidah ini sangat kotor hanya karena berkomunikasi dengan pria itu.
"Kemarilah, Tante ingin mengambil gambar kita berdua."
"Baiklah."
Telpon itu ditutup. Starla jejak melangkah ke cermin tempat ia menghias diri bersama MUA tadi.
Mengambil fondation dan beberapa lainnya untuk memperbaiki make up-nya yang luntur berkat air mata. Mengoleskan dengan teliti hingga olesan lipstik merah menjadi sentuhan terakhir.
Starla bukan tipe wanita lemah. Dia yang menyalakan api. Maka api akan dibalas api.
"Kita lihat, sejauh mana sandiwara ini akan berlangsung!"
****************
Hari ke tiga setelah menikah. Daniel dan Starla pindah ke apartemen. Alasannya karena lebih dekat dengan kantor dibanding rumah utama."Sepertinya kamu belum rela meninggalkan rumah. Apa kita kembali saja?" tawar Daniel yang melihat Starla melamun memandang pemandangan kota dari lantai delapan.
"Benar, aku memang masih belum rela. Tapi, ini sudah resiko. Aku sebagai istri tidak boleh egois bukan? Karena aku tidak lagi sendiri."
Seulas senyum terpatri. Daniel menyentuh pundak Starla dari belakang. Perlahan tangannya melingkari tubuhnya hingga hembusan nafas terasa di ceruk leher Starla.
"Aku bersyukur wanita yang kunikahi adalah kamu. Terimakasih sudah menerima banyak kekuranganku."
Sunggingan sinis tampak jelas di wajah yang membelakangi Daniel. Bersyukur? Mungkin di kemudian hari ia akan mengganti kata itu dengan penyesalan.
"Aku juga bersyukur. Bertemu laki-laki 'baik' seperti mu." Ucap Starla menekan pada satu kata.
Tubuh Starla dibalik oleh kuasa tangan Daniel. Kedua manik itu saling menatap. Tatapan sendu yang biasa Starla percayai sebagai tatapan tulus selama ini.
Siapa yang menyangka. Dibalik topeng itu ada sosok iblis bermuka malaikat.
"Kamu lelah?" tanya Daniel. Bibirnya telah basah ulah salivanya sendiri.
"Lumayan." saut Starla. Tidak berpaling dari tatapan palsu itu.
Baginya kalah sesungguhnya adalah ketika menyerah. Air mata? Starla berjanji tidak akan menumpahkan air mata berharganya untuk laki-laki brengsek seperti Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lipstik Merah Starla (END)
ChickLitStarla Faranggis dan Adiputra Daniel memutuskan menikah setelah menjalin kasih selama dua tahun. Siapa yang menyangka di malam pertama Starla memergoki Daniel tengah bermain api bersama Alarie, teman terdekatnya. Kejanggalan aneh pun satu persatu...