Fight 34

30.3K 1.8K 20
                                    

Gerimis halus mengguyur kota Jakarta menjelang petang ini. Gulungan awan mendung samar terlihat. Namun tidak sampai menutupi kilau memukau sunset yang menunggu detik-detik tenggelam di ujung sana.

Ini sudah ketiga kalinya Daniel meraup wajahnya. Sambil menyandar pada kursi kemudi. Ia memperhatikan laju kendaraan di depan.

Macet sudah menjadi keseharian ibu kota. Apalagi di jam 17.30 menit ini. Daniel harus mengekang emosi nya untuk bisa sampai ke rumah dengan selamat tanpa ribut akibat suara klakson yang saling bersautan meminta jalan.

Sayangnya, khusus hari ini. Emosi yang harusnya terbungkus apik itu akhirnya memiliki celah robek.

Ya, Daniel sedang kondisi tidak stabil sekarang.

Semua ini tidak lain karena foto itu. Bohong jika Daniel tidak tersulut. Saat melihat untuk pertama kali. Setengah mati ia tahan raut terkejutnya supaya Alarie tidak mengoceh seperti orang gila.

Daniel tidak bodoh. Ia belajar dari pengalaman yang sudah-sudah. Alarie itu pintar membaca ekspresi. Ia bisa menyimpulkan dengan tepat ketika insting kepekaannya bekerja. Apalagi menyangkut Daniel. Ia bisa berubah menjadi mesin pendeteksi kebohongan.

Benar-benar gadis mengerikan!

"Kenapa dia tidak menelepon ku?" gumam Daniel. Keningnya tak henti mengerut sejak mobilnya keluar dari parkiran kantor.

"Foto itu. Apa Adam mengancamnya?"

"Tidak! Ekspresi Starla tidak menunjukan ketakutan."

"Lalu...."

"Apa Starla selingkuh di belakang ku?" cetusnya negatif.

Warna merah dari mobil di depannya spontan membuat Daniel menginjak rem dadakan. Hampir saja ia menabrak bemper mobil seseorang.

"Hah... aku harus memastikannya langsung," tukasnya sambil meraup wajah untuk kesekian kali.

Mobil Daniel akhirnya keluar dari titik kemacetan. Ia menekan gas cukup dalam sehingga laju kendaraannya berpacu cepat.

Tak berselang waktu lama ia sudah tiba di apartemen. Mobilnya terparkir di samping mobil Starla. Rupanya dia sudah pulang. Batin Daniel.

Ia menuju lobi dan menaiki lift untuk sampai ke lantai lima. Tempat apartemen nya berada.

Pintu dibuka oleh kuasa tangan Daniel. Hal pertama yang ia dengar adalah suara TV. Yah, itu memang sudah kebiasaan Starla. Bahkan ia pernah menjumpai TV menyala sedangkan Starla tidur di kamar. Daniel memakluminya. Ia tahu kalau Starla takut sendirian.

Langkahnya semakin menuju ke dalam. Apartemen ini tidak langsung menuju ruang utama ketika masuk. Ada lorong singkat yang terhubung dengan ruang tengah. Di situlah Starla berada dan di situlah Daniel melihat Starla sedang menelpon seseorang dengan tawa.

Siapa yang di teleponnya? Adam? Kalau begitu apa benar Starla selingkuh?

Pikiran Daniel semakin kacau. Hal itu di perparah karena Starla tidak sadar dengan kehadiran Daniel.

"Starla?"

Starla langsung menoleh. Di mata Daniel ia tampak terkejut seperti seseorang yang ketahuan melakukan kesalahan.

Walau curiga menggandrunginya. Tak serta merta Daniel memadamkan senyumnya. Ia beringsut ke samping Starla. Memandangnya teduh.

"Asik sekali sampai tidak sadar aku pulang. Lagi telepon siapa?"

"Ah. Ini teman SMA ku. Aku tidak tahu dia dapat nomor ku dari mana. Tiba-tiba dia menelepon dan mengundang ku untuk menghadiri reuni."

Kening Daniel berkerut. Ketidakpercayaan menjamah hatinya.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang