"Bisa dipercepat?" saut Starla. Ia jengah setelah masuk mobil justru Adam membahas banyak hal sepele seperti makanan kesukaannya dan tempat favoritnya di Kanada.
"Hemm... aku seperti pernah mendengar kalimat itu disuatu tempat," ujar Adam sembari menatap langit-langit mobilnya. "Ah... aku ingat. Aku pernah mendengarnya dari bibir wanita yang merasa keenakan dibawah ku," cengirnya meledek.
"Rupanya kamu bisa mengucapkannya juga ya? Aku terkejut sekaligus penasaran," goda Adam tak habis-habis.
Pipi Starla bersemu merah. Bagaimana orang ini bisa se-frontal itu?!
"Sekali lagi kamu mengatakan hal me*um seperti itu. Aku akan melaporkan mu ke polisi!"
"Ke polisi ya? Bukan melapor ke suami mu?" seringai Adam terbentuk.
Jengah! Starla menarik handle pintu berniat keluar. Namun spontan Adam mencegah.
"Tunggu... tunggu... aku hanya bercanda. Kamu serius sekali. Wajah mu jadi terlihat kaku."
"Wajah ku memang seperti ini dari sananya!" dengus Starla.
"Hahaha... padahal saat kecil wajah mu sangat imut," ucap Adam mengingat momen pertemuan keluarga Faranggis dan Adamson dulu.
Dalam sekali waktu. Dua keluarga konglomerat itu saling bersilahturahmi. Sebagai bentuk kerjasama yang terjalin. Tak elak, Adam kecil pun bertemu dengan bocah perempuan yang umurnya hanya berjarak dua tahun darinya. Tak lain adalah Starla.
"Lupakan itu! Sekarang apa yang ingin kamu bicarakan? Kamu sudah menggunakan waktu ku hampir sepuluh menit!"
"Padahal perempuan lain sangat senang menghabiskan waktu dengan ku. Bahkan mereka dengan sukarela mengundangku ke kamarnya," cengenges Adam.
"Adam!" ucap Starla datar. Namun sorotnya benar-benar menunjukan kemarahan.
"Woo... seramnya. Baiklah..." wajah Adam berubah menjadi serius. Seringai menghiasi wajah kokoh itu. "Pertama-tama aku akan bertanya ini..." sorot Adam menangkap manik Starla. Menyihirnya agar tidak melihat objek lain selain dirinya. "Bagaimana dengan tawaran ku tempo lalu?"
DEG!
"Kamu terburu-buru sekali Tuan!"
"Oh. Ternyata kamu memikirkannya ya? Hemm... bagus juga. Itu berarti kamu mewaspadai kehadiran ku."
"Apa maksud mu?!" tanya Starla tersulut.
"Itu berarti... mudah untuk ku mendapatkan mu. Karena kamu sudah dibawah kendali ku sekarang."
"Tolong bicara yang jelas!"
Perasaan Starla tidak enak. Adamson bukanlah orang sembarangan. Jika dia sudah berkata seperti itu. Berarti Starla dalam posisi dirugikan.
Starla tahu karakter Adam. Ia adalah orang yang akan mendapatkan apa yang ia inginkan dan tidak akan peduli dengan orang yang tidak ia hiraukan.
Sialnya Starla menjadi objek keinginan Adam. Entah kenapa ia tiba-tiba menargetkan Starla. Jika karena kecelakaan. Motif itu tidaklah cukup kuat. Dari pada mengincarnya, seharusnya Adam akan membencinya karena sudah menjadi penyebab tulang lengannya patah.
Lalu apa? Apa yang membuat Adam mengincar Starla? Hal ini selalu menghantui pikiran Starla sejak kecelakaan itu.
"Kamu akan tahu nanti. Kalau tidak malam ini mungkin besok pagi," balas Adam.
"Tuan Adam? Izinkan aku lancang kali ini," ucap Starla lirih. Ia menggenggam erat ujung cardigannya. Menahan geram.
"Silahkan, kamu sudah lancang dengan ku sejak kemarin. Oh. Salah! Sejak kita kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lipstik Merah Starla (END)
ChickLitStarla Faranggis dan Adiputra Daniel memutuskan menikah setelah menjalin kasih selama dua tahun. Siapa yang menyangka di malam pertama Starla memergoki Daniel tengah bermain api bersama Alarie, teman terdekatnya. Kejanggalan aneh pun satu persatu...