“Bisakah kamu tidak menatap ku dengan penuh nafsu seperti itu?” pinta Starla yang sejak tadi ditatap intens oleh Adam dari meja kerjanya.
“Tidak bisa,” celetuk Adam blak-blakan. “Tinggal menghitung hari aku akan tidur dengan mu. Siapa yang tidak tergoda?” sambungnya semakin menjadi. Jujur saja, Adam masih terbawa suasana kesal tadi pagi saat bertemu dengan Daniel di depan.
“Kalau begitu sepertinya aku harus menyingkir agar pikiran mu waras,” ucap Starla hendak beranjak.
“Tunggu! Aku hanya bercanda. Duduklah kembali, aku tidak akan menatap mu lagi,” timpal Adam menyerah.
Starla tersenyum tipis. Sebenarnya Adam cukup menurut juga. Walau harus ditekan dulu.
“Kenapa tadi pagi orang itu mengantar mu? Apa dia sudah dilengserkan dari kursi jabatan sampai tidak ada kerjaan lain selain menjadi sopir mu?” sarkas Adam dengan kerut dalam.
“Wajarkan kalau suami mengantar istrinya. Apa itu menjadi masalah buat mu?”
“Tck! Aku tidak suka!” dengus Adam sambil memainkan bolpointnya.
“Kalau begitu bilang saja padanya!”
“Sudah, tapi dia tidak mendengarkan,” gerutunya. Tanpa sadar pipi Adam menggembung dengan bibir menukik ke bawah. Seperti anak kecil merajuk.
Apa-apaan ini? Kenapa Adam terlihat gemas sekali! Sadar Starla! Sadar! Dia adalah pemain wanita handal! Mana bisa dibandingkan dengan anak kecil tanpa dosa.
Tok tok tok
Seseorang masuk, ketika pintu itu dibuka. Sosok Theo ada di sana dengan seseorang di belakang yang tertutupi tubuh tegapnya.
“Selamat siang Tuan, ada tamu datang,” ucap Theo.
“Tadaa! I am here,” ucap Shia riang gembira. Kalau diibaratkan, Shia itu seperti bunga matahari. Ceria dan penuh energi. Berbanding terbalik dengan Starla yang bunga mawar, cantik dan elegan.
“Kenapa kamu membiarkan marmut cerewet ini kemari?” celetuk Adam menunjuk Shia.
“Aku tidak bisa menghadangnya karena dia punya alasan untuk kemari.”
“Alasan?”
“Kalian pejantan perjaka dan pemain. Aku tidak ada urusan dengan kalian. Aku kemari ingin menemui Starla. Where Starla?” celinguknya dan mendapati Starla yang duduk di meja kerja. “Ah, di sana. My Starlaaa….” sambut Shia ceria sembari berlari.
“Hei jangan lari-lari di ruangan ku!” bentak Adam yang jelas tidak akan digubris Shia.
“Starla ayo kita keluar dari goa penuh orang aneh ini,” timpal Shia seringan bulu.
"Emh, aku mau-mau saja tapi ini belum jam istirahat."
"Itu masalah gampang," Shia berbalik dan menatap Adam. "Hei, aku pinjam asisten mu dulu sampai jam masuk kerja. Bisa kan?" pintanya tanpa dosa.
"Tidak akan ku izinkan!"
"Ha?!" wajah Shia tampak kesal. Menatap horor laki-laki yang katanya penguasa bisnis di sana. "Tidak usah sok keras! Kau mau aku membuka aib mu?" lirik Shia pada Starla.
"H-Hei.... j-jangan seperti itu. Baiklah, terserah kamu saja!"
"Yes!" gumam Shia kemudian menarik Starla keluar.
"Dasar marmut cerewet!" gerutu Adam.
"Walau cerewet tapi kemampuannya tidak main-main. Dia salah satu orang yang Tuan akui kan?" sahut Theo.
"Yah, memang. Jika aku bisa meyakinkannya masuk ke perusahaan mungkin rencana Giga proyek akan berjalan lancar," Adam menyandarkan diri ke kepala kursi sembari menyahut handphone. "Aku belum bisa menjalankannya karena Giga proyek membutuhkan arsitek mumpuni untuk merancang real estate yang akan diincar ribuan milyarder."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lipstik Merah Starla (END)
ChickLitStarla Faranggis dan Adiputra Daniel memutuskan menikah setelah menjalin kasih selama dua tahun. Siapa yang menyangka di malam pertama Starla memergoki Daniel tengah bermain api bersama Alarie, teman terdekatnya. Kejanggalan aneh pun satu persatu...