Fight 35

30.6K 1.8K 12
                                    

"Apa hari ini bisa?"

DEG!

Sejenak senyum pura-pura itu mengendur. Tersentak dengan pertanyaan Daniel barusan.

Malam ini cukup menegangkan dari malam malam sebelumnya. Hanya karena sebuah foto Daniel mencurigai Starla berselingkuh?

Hell! Lalu bagaimana dengan dia?

Rasanya ingin sekali Starla menghujat laki-laki di depannya. Namun harus ia tahan demi balas dendam sempurna.

Yang harus Starla pikirkan saat ini adalah bagaimana menjawab pertanyaan Daniel? Walau berstatus suami. Mana sudi Starla menyerahkan 'pertama kalinya' untuk Daniel!

Sampai mati ia tidak akan rela! Tapi mau menyangkal bagaimana lagi? Starla seperti terjebak dengan bualan nya sendiri.

Hah! Starla menyesal sudah menciptakan suasana romantis hanya untuk meyakinkan Daniel bahwa Starla tidak selingkuh. Kalau sudah begini mau menolak pun rasanya janggal. Starla takut kecurigaan daniel semakin menjadi.

Sibuk memikirkan jalan keluar. Starla tidak sadar kalau tubuh Daniel semakin mendekat. Jemari mereka pun sudah bertaut erat.

Hei! hei! hei!

Bagaimana ini?!

Ayolah Starla! Pikirkan apapun untuk keluar dari situasi ini!

Drtt Drtt Drtt

Suara getaran handphone menginterupsi. Starla spontan mendorong dada Daniel untuk menjauh. Dalam hati terucap beribu syukur. Siapa pun yang menelponnya Starla akan sangat berterima kasih.

“Ada yang menelepon,” tutur Starla. Ia menyingkir dari sofa sembari menyahut handphone di meja. Suara decakan ringan yang Starla yakini dari mulut Daniel terdengar. Sepertinya ia benar-benar kesal telah diganggu.

Sekali lagi, syukurlah. Batin Starla

Beberapa detik yang lalu Starla bisa membatin seperti itu. Tapi itu tidak berlaku setelah ia mengetahui dalang handphone nya bergetar.

Kenapa dia menelepon ku? batin Starla setelah melihat nama ‘beban’ di layar handphone nya. Dia adalah Adam.

“Siapa sayang?” tanya Daniel. Ia sengaja mendekat dan berdiri di belakang Starla.

“Beban?” sambungnya. “Siapa beban itu?”

“Ahahaha….” tawa Starla canggung. Ini bukan saatnya berbohong. Starla takut jika kebohongannya akan berbuah pahit seperti tadi. Mungkin saja Starla bisa menggunakan Adam sebagai alibi untuk keluar. Mengingat Daniel tidak bisa menentang orang itu.

“Dia Adam. Sengaja ku beri nama beban karena menurut ku itu pantas.”

Deretan gigi Daniel tampak eksis. Ia terkekeh singkat sebelum memeluk Starla posesif.

“Aku harus mengangkatnya,” ujar Starla.

“Ini kan bukan jam kerja mu lagi.”

“Ah, ya. aku lupa memberitahu mu kalau Adam menginginkan jam kerja fleksibel.”

“Apa-apaan itu. apa dia tidak tahu kalau kamu sudah menikah?” dengus Daniel cemberut.

“Sudahlah. Toh, kita tidak bisa menentangnya.”

Starla menggeser ikon hijau sebagai tanda menerima panggilan. Ia letakkan handphone nya ke telinga. Diam-diam ia mengecilkan volume panggilan supaya Daniel tidak bisa mendengar. Karena tidak bisa diprediksi, apa yang keluar dari mulut Adam. Orang itu terlalu blak-blak-an di situasi kurang tepat.

“Hallo?” sapa Starla.

Hai Queen. Seperti biasa suara mu sangat indah walau di telepon.”

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang