Fight 6

54.5K 3K 28
                                    

Theo menatap nanar pada brangkar di depannya. Hembusan nafas terdengar berat. Rautnya menampakan penyesalan teramat.

Andai saja ia tidak menyumpahi selagi marah. Mungkin bosnya tidak akan mengalami kejadian ini.

Saat ini, jangankan mengatakan 'mampus' di wajahnya. Theo bahkan prihatin dengan keadaan ini.

Bagaimana ini bisa terjadi? Mari kembali ke beberapa jam yang lalu saat di taman kota.

"Aku tidak suka menunggu" bisik Adam sensual pasa gadis remaja yang ia temui di trotoar jalan.

Detik ini matanya fokus menggoda betina di depannya hingga suara klakson nyaring mengalihkan.

Dari ujung sana tampak honda jazz kuning melaju cepat. Isyarat kalson itu menandakan terjadi sesuatu pada pedal remnya.

Sontak Adam memeluk gadis remaja itu dan menghindar ke sisi kiri. Naasnya ia terlambat hingga tubuhnya terserempet body mobil lalu terpental.

"Bagaimana kondisinya sekarang?" suara gemetar wanita mengalihkan fokus Theo.

"Kata dokter tidak ada luka serius kecuali tangannya. Mungkin akan memerlukan waktu beberapa bulan untuk penyembuhan patah tulang."

"T-tapi kenapa dia belum sadar? Bukankah dokter bilang tidak ada luka fatal?"

"Saya juga tidak tau Nona."

Kekhawatiran terpatri jelas di mimik wajah wanita itu. Theo adalah orang baik. Ia segera menenangkan wanita itu.

"Tenanglah Nona. Tuan saya akan bangun sebentar lagi. Lebih dari itu, sebaiknya Nona melakukan X-Ray juga. Mungkin ada bagian yang perlu perawatan." jelas Theo setelah melihat luka di tangan dan juga kaki wanita itu.

"Tidak, aku akan menunggu di sini sampai dia sadar. Ini kesalahan ku" ucapnya bergumam di akhir kalimat.

Theo terperanjat. Tidak seperti sosialita pada umumnya yang menyerahkan tanggung jawab pada orang lain. Mengelak di saat jelas-jelas salah.

Wanita ini berbeda, ia salah satu kalangan sosialita yang Theo tau. Tapi, justru ia mengabaikan kepentingannya sendiri dan bertanggung jawab.

"Nona, saya menghargai niat baik Nona. Akan tetapi, saya lebih menghargai lagi jika Nona memperhatikan diri Nona sendiri. Di sini biar saya yang menjaga. Setelah Nona selesai melakukan pemeriksaan Nona bisa kembali kemari."

"Bagaimana Nona Starla Faranggis?"

Starla tampak menimbang sebelum setuju oleh usul itu. Theo menatap kepergian Starla.

"Beruntung sekali yang mendapatkan Nona Starla," matanya tertuju pada Adam yang terbaring, "aku harap anda akan mendapat wanita sepertinya." gumamnya.

****************


Beberapa jam yang lalu sebelum kecelakaan terjadi.

Blouse abu-abu dan rok hitam setengah tiang menjadi pilihan Starla sebagai OOTD hari ini. Berbeda dengan Alarie yang suka warna terang. Sosok Starla lebih menyukai warna gelap. Menampilkan sosok elegan dan berkelas.

Agendanya hari ini adalah memenuhi ajakan Alarie untuk makan siang di cafe dekat kantor.

Sebenarnya kakinya berat melangkah. Namun, ia harus melakukan sebab tidak ada kesenangan lain selain mengompori Alarie.

"Hati-hati di jalan."

Notifikasi pesan itu Starla terima dari Daniel. Sebelumnya ia sempat izin. Yah, ini juga dalam rangka pura-pura menjadi istri yang baik.

"Makasih sayang." Balas Starla.

Ia mengacuhkan chat itu. Menyaut sandwich di meja dan turun ke garasi.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang