Fight 7

51.2K 2.9K 31
                                    

"Daniel, apa kamu jatuh cinta pada Starla?" selidik Alarie.

"Ayolah ini tidak ada hubungannya dengan itu."

"Kalau tidak ada hubungannya kenapa kamu tidak suka atas kecelakaan yang hampir menewaskan Starla?"

Alarie menatap penuh interogasi. Kadang Alarie sendiri dibuat bingung dengan sifat Daniel. Seolah belum semua tentang dirinya yang Alarie kenal walau kebersamaan mereka sudah lebih dari lima tahun.

"Jawab!"

"Hah! Aku pikir kamu akan mengerti. Orang itu..., dia pasti ingin menggunakan kematian Starla untuk menyerang kita. Mudah membuat cerita untuk diketahui publik. Misalnya membuat cerita tentang motif perebutan kekuasaan di balik kematian dua pemilik."

"Terlebih baru saja kemarin acara pernikahan selesai. Sorotan publik sedang megarah ke kami. Itu akan memudahkan mereka melancarkan rencananya."

"Kalau begitu siapa yang rugi?" lanjut Daniel.

"Ka-kamu...."

"Itu sebabnya, aku harap seberapa bencinya kamu terhadap Starla, jangan sampai membahayakan nyawanya. Dia masih belum boleh mati. Aku akan menyelidiki kasus ini sampai tuntas. Dengan begitu kita gunakan kecelakaan ini untik mendepak orang-orang itu."

"Akan ku buat rencana mereka menjadi senjata makan tuan!" gumam Daniel sembari menyorot tajam.

Di sisi lain, Starla bersandarkan dinding. Mendengarkan semua. Ia tersenyum masam. Air matanya luruh ketika tau Papanya menjadi korban keserakahan seseorang.

Terlepas dari tidak adanya keterlibatan Daniel dan Alaria. Tetap saja, tindakan mereka tak kalah brengsek seperti binatang rimba.

Langkah Starla meninggalkan tempat itu. Menyisahkan sesak dada bercampur amarah.

"Akan ku pastikan suatu saat nanti aku akan jadi kenangan yang menyakiti memori mu. Menjadi seseorang yang tidak dapat kamu sentuh walau aku ada di jarak penglihatan mu. Sesuatu yang tidak dapat kamu temukan di mana pun. Dan satu lagi, aku akan jadi penyesalan terbesar dalam sejarah hidup mu hingga nafas terakhir mu pun tak mampu terucap kata maaf!"

****************


Lampu penerangan menyorot tepat di mata Adam. Ia mengernyit silau. Kesadaran telah kembali. Ia mengingat-ingat memori terakhir.

Bukan berbaring di ranjang empuk. Mengeluarkan peluh hasil aktifitas olahraga malam. Justru ia habiskan malam di brangkar rumah sakit.

Sialnya lagi kenapa bukan kamar VIP melainkan kamar umum yang harus ia singgahi?

"Ah sh*t! THEOOO!"

"THEOO!"

"KELUAR KAMU BAJI*GAN!"

"KENAPA KAMU MENARUHKU DI BRANGKAR KUMUH INI?!" Oceh Adam tidak terima. Jangan lupakan nada suaranya di volume maksimal.

"Ah...., aa, tangan ku." pekiknya lirih. Merasakan tangannya ngilu karena digerakan.

Sejenak Adam diam. Melotot ke arah tangannya yang terasa kaku.

"Hahaha. Tidak mungkin..., ah! Ayolah Adam, tidak mungkin tangan mu...."

Mau dirasakan berulang kali pun yang ia rasakan hanya ngilu.

"THEOO KELUAR KAMU BRE*GSEK!" pekiknya lantang. Jelas mengganggu orang sekitar.

"Theo kumohon..., tangan ku..., kenapa dengan tangan ku?" lirihnya mengalah karena Theo tak kunjung hadir.

SREK!

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang