Fight 66

29.5K 2.1K 37
                                    

Beberapa jam setelah acara Aniversary FG Group selesai. Starla duduk termangu di ruang persiapan.

Acara hari ini benar-benar berantakkan. Walau Adam telah menghimbau, ah tidak! Lebih tepatnya mengancam para tamu untuk tetap di tempat. Tapi tetap saja, bagi Starla ini adalah acara terburuk.

Ingatan Starla mengulik tentang David Faranggis. Saat pulang tadi, ia menampakkan ekspresi yang sulit diartikan. Satu hal yang Starla tahu. Setelah berhasil mendepak Daniel. Starla harus berhadapan dengan pamannya, David Faranggis.

"Hah, itu bukan sesuatu yang mudah," gumam Starla seraya mengendurkan pundaknya.

"Apanya?" sahut suara baritone.

Dari suara itu Starla sudah yakin itu milik Adam. Hah, walau ia bertanya-tanya bagaimana Adam bisa menemukan dirinya di sini. Tapi sudahlah! Dia kan Adam. orang yang akan melakukan apapun untuk bisa memenuhi keinginannya.

"Bukan apa-apa," jawab Starla.

"Kamu terlihat lebih tertekan. Ada hal lain yang menganggu mu?"

"Tidak. Tidak ada kok," ujar Starla. Ia kemudian bangkit dengan semangat. Percayalah! Starla tidak mau terlihat banyak pikiran. Hari ini adalah hari kebebasannya. Segala bentuk overthingking biarkan saja berlalu.

"Kamu kepikiran tentang David Faranggis?" celetuk Adam.

DEG!

Ah, memang hanya Adam yang paling mengerti pola pikir Starla. Apa karena mereka banyak menghabiskan waktu bersama akhir-akhir ini?

"Rupanya aku tidak bisa menyembunyikan apapun ya?" terdengar kekehan singkat lalu Starla duduk kembali.

"Kamu lihat kan acara tadi? Aku benar-benar sudah mengacaukan perusahaan ini. Paman pasti akan mengambil keuntungan dari kekacauan ini. Perjalanan ku belum selesai. Ini baru permulaan. Setelah memikirannya rasanya pundak ku semakin berat. Yah, mungkin karena aku lelah."

Benar, pikiran Starla mungkin sedang kalap. Itu sebabnya Starla merasa ingin menyerah.

"Syukurlah," sahut Adam. Spontan membuat Starla menoleh. Kenapa orang ini mengucap syukur di saat Starla banyak beban pikiran?

"Syukur kamu tidak memikirkan tentang pengemis itu. Percayalah, sesaat setelah masuk dari pintu itu dan melihat mu murung. Aku langsung berpikir kamu merasa sedih dengan kejadian tadi. Aku benar-benar takut rasa sesal menjamah hati mu."

Mata Starla membelalak singkat setelah itu menyendu dengan pancaran binar keindahan. Ah, kenapa Starla baru sadar kalau Adam itu menggemaskan saat cemburu?

"Aku tidak memikirkan Daniel. Terserah dia mau bagaimana. Aku tidak peduli lagi," Starla melirik ke tangan Adam. Ia penasaran dengan paper bag yang dibawa Adam sejak tadi. Itu tidak terlihat seperti souvenir dari acara ini.

"Oh ya! Aku membelikan ini untuk menenangkan mu. Ku pikir kamu membutuhkannya di situasi ini," sahut Adam. Ia pun baru ingat dengan benda di tangannya.

Sebuah kotak berisikan coklat premium tersaji di depan Starla. Seulas senyum itu melebar hingga barisan gigi rapihnya tampak.

"Ini untuk ku?"

"Humm.... Kamu suka coklat kan? Ah, tadinya aku ingin membeli coklat panas. Tapi sepertinya tidak cocok dengan situasi panas ini. hehe," cengir Adam manja.

"Terimakasih," tutur Starla lembut. Ia mengambil satu coklat dengan garpu kecil yang sudah disediakan dan melahapnya. Senyumnya semakin mengembang indah saat sensasi manis menyapa lidahnya.

"Kamu mau?" tawar Starla yang mendapatkan Adam mencuri lirik.

"Tidak. Aku tidak suka manis," dusta Adam.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang