Fight 22

37.9K 2.2K 12
                                    

Sebuah pagi yang terlihat biasa. Sarapan di meja yang terdiri beberapa makanan ringan seperti roti bakar dan selai.

Horden tipe sheer membuat cahaya matahari menelusup masuk melewati celah kainnya yang memang di rancang tipis dan berwarna putih.

Sebuah dasi maron dengan relief batik yang timbul di permukaannya menjuntai di etalase. Starla mengambil dasi itu, pantulan dirinya di sisi kiri tampak karena terbias cermin.

Blouse putih dengan ikat pinggang mini melingkari pinggang kecil Starla. Celana dasar cream berpadu apik dengan tubuh Starla yang memang sudah ideal.

Starla memandangi penampilannya di kaca. Ia masih bingung, akan di apakan rambutnya?

"Kucir kuda saja. Biar tidak mengganggu," cicitnya kemudian mengambil ikat rambut dan menguncirnya dengan rapih.

"Sayang kamu sudah menemukan dasi ku?" saut seseorang di balik ruang walk in closet.

"Humm... aku akan kesana."

Starla meninggalkan ruang walk in closet dan menuju ke Daniel. Saat pintu dibuka, Daniel sempat tersentak kaget. Ia buru-buru menyimpan handphone-nya di kantong.

Ah, si*l! Pagi-pagi sudah ketahuan selingkuh! Batin Starla.

Seperti biasa, senyum Starla mengembang penuh kepalsuan. Berlagak polos di depan suami yang selingkuh.

"Ini bukan?" tunjuk Starla mengeluarkan dasi yang Daniel cari.

"Ah... iya. Aku paling payah mencari barang. Terimakasih sayang," peluk Daniel singkat.

"Humm..."

"Emh..." Daniel menunjukan sikap aneh. Ia menggaruk tengkuk belakangnya dengan raut malu-malu.

"Kenapa?" tanya Starla. Ia kebingungan juga dengan tingkah Daniel.

"Kamu... tidak ingin memasangkannya untuk ku?" tanya Daniel lirih sambil menunjukan dasinya.

Ah! Ternyata karena hal sepele itu?! Kekanakan sekali! Dengus Starla dalam hati.

"Hehe... maaf, aku tidak tahu cara memakai dasi," dusta Starla. Padahal sudah jelas Starla selalu memasangkan dasi Papanya setiap pagi.

Entahlah, sejak menikah hari-harinya dipenuhi kedustaan. Bahkan jam belum genap menunjukan pukul tujuh pagi dan ia sudah berdusta.

"O-oh begitu... baiklah, aku tidak akan memaksa mu. Emh... tapi, kamu mau kan belajar memakaikan dasi untuk ku?" ucap Daniel. Lihatlah tatapan penuh harap itu. Natural sekali! Seperti artis terlatih yang sedang memerankan peran suami baik hati.

"Tentu... aku akan melihat tutorialnya."

Daniel memeluk Starla kembali. Mendekapnya erat tanpa sedikit pun balasan dari Starla. Ia hanya pasrah dipeluk sambil memandang datar.

"Maaf...." ucap Daniel tiba-tiba.

"Untuk apa?"

"Melibatkan mu dalam kekacauan yang ku buat?" ucapnya masih mendekap Starla.

"Humm... lagi pula aku juga harus bertanggung jawab atas kecelakaan Adamson. Aku tidak ingin perusahaan Papa diincar oleh orang itu."

Daniel menatap sepasang manik Starla. Seperti biasa, menatap Starla dengan tatapan sendu pura-puranya itu.

"Ah... ternyata aku benar-benar tidak ikhlas!" ucapnya kemudian memeluk Starla kembali. Kali ini ia mendekap cukup erat. Sampai Starla merasa sesak.

"Daniel... sesak!" ungkap Starla sambil menepul-nepuk punggung Daniel. Ia pun melepaskannya. "Maaf..."

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang