Fight 8

48K 2.6K 20
                                    

Adam menyisir tubuh Starla dari atas ke bawah. Senyumnya terpatri nakal tanpa disadari.

"Kalau begitu...."

"Kecuali hal-hal yang menyangkut pelecehan." saut Starla cepat. Mengetahui respon Adam yang seolah ingin menerkamnya.

Adam terkekeh singkat, "akhirnya aku bisa melihat wajah asli mu."

"Santai saja, jangan terlalu kaku. Mungkin kita bisa berteman baik?" Lanjut Adam.

"Aku akan berteman dengan senang hati. Tapi mohon maaf aku tidak bisa bersikap layaknya teman."

"Kenapa?"

"Karena aku sudah menikah. Akan banyak reporter gila yang membuat cerita picisan untuk kedekatan kita."

Adam tersenyum tengil, "aku suka kata 'kita' yang kamu ucapkan." goda Adam.

Tidak ada komentar. Starla bersungut, tidak bisa disembunyikan kalau ia ingin menyudahi kesepakatan tanggung jawab ini.

"Hahaha, ekspresi kesal mu adalah obat terbaik." tawa Adam.

"Syukurlah, ada bagian dari diriku yang bisa menjadi obat." jawab Starla mencoba bersabar.

"Aku bersungguh-sungguh." tukas Adam lugas. Sorot matanya tajam menatap Starla tanpa celah. Menandakan tidak ada kebohongan di dalamnya.

"Baguslah." jawab Starla sekenanya. Hampir saja ia dibuat tersihir.

"Aku ingin mendengar cerita mu. Cerita di balik mata sembab itu." pandangan Adam menyendu.

"Sayang?" panggil Daniel menginterupsi.

"Ah sialan! Kemana si bren*sek Theo sampai pengemis ini masuk." gumam Adam lirih.

Pendengaran Starla tidak salah! Baru saja ia mendengar Adam mendengus saat kedatangan Daniel.

"Sebelumnya perkenalkan saya Daniel, suami Sta---"

"Saya juga tau." potong Adam. Terlihat ketidaksukaannya.

"Ehem...., saya selaku suami Starla dan perwakilan FG group ingin meminta maaf atas---"

"Tsk! Tidak usah basa-basi. Langsung saja!"

Kening Starla berkerut. Heran dengan sikap Adam yang berbeda jauh dengannya. Ternyata isu yang mengatakan dirinya hanya peduli pada wanita benar adanya.

"Baiklah, sebagai bentuk tanggung jawab. Kami akan memindahkan Tuan Adamson ke ruang VVIP dan mendatangkan ahli ortopedi terbaik."

"Sudah? Hanya itu? Waah..., aku bahkan hampir mati di tangan dia. Tanpa ku perkenalkan seharusnya Anda paham siapa saya?"

"Tentu saja. Tuan Aldebara Adamson. Pemilik D.I.B Group yang memegang kendali atas pangsa pasar Indonesia ke ranah internasional."

"Baguslah jika paham." saut Adam datar sambil memainkan kukunya. Tidak peduli kehadiran Daniel.

"Untuk orang seperti ku. Bukankah terlalu berharga untuk mati mengenaskan di tangan istri mu?"

"Maaf menyela!" saut Starla, "tapi saat ini Anda tidak mati. Apa di kemudian hari Anda berniat mati di tangan saya?!"

"Hemm...." bola mata Adam menyamping. Ia sedang berpikir, "bisa saja."

"Aku ingin memiliki kisah cinta dark romance ala mafia. Sepertinya menyenangkan mati di tangan orang yang dicintai." kerling Adam nakal.

Tidak tanggung-tanggung. Menggoda wanita di depan suaminya langsung.

Tidak dapat disembunyikan tatapan jijik bercampur heran di wajah Starla. Begitupun Daniel, ia mencoba sabar dalam keadaan ini. Seperti menghadapi bocah umur lima tahun dengan segala fantasinya.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang