Fight 53

27.9K 2K 64
                                    

Daniel menyisiri seisi apartemen sambil menyebut nama Starla berulang kali. Sumpah demi apapun Daniel takut Starla pergi. Ia segera menyahut handphone dan mendial nomor Starla. Namun nihil diangkat. Daniel juga mengirimi Starla pesan.

"Starla, apa kamu sudah berangkat kerja?"

"Starla tolong angkat telepon ku."

"Ku mohon."

Pesan itu pun tidak dibaca. Teronggok begitu saja. Pagi-pagi pikiran Daniel kalut. Tak habis akal, ia menghubungi Nia. Meminta agar menghubungi Daniel ketika Starla tiba. Hanya itu satu-satunya cara mengetahui keberadaan Starla.

Di tengah pikiran negative melanda, sebuah dering menginterupsi. Tanpa melihat nama pemanggil Daniel langsung mengangkat panggilan. Seribu sayang, pemanggil itu adalah Alarie. Daniel langsung meraup wajahnya kasar saat suara Alarie memenuhi gendang telinga.

"Ada apa?" sahut Daniel.

"Daniel, bisakah kamu meluangkan waktu malam ini?"

"Kamu tahu aku sedang sibuk mengurusi David Faranggis. Tolong jaga jarak dulu dengan ku. aku tidak ingin David tahu tentang hubungan kita sebelum aku menendangnya!"

"I-iya aku tahu. Tapi... ada yang mau aku sampaikan dan ku pikir ini masalah penting."

"Tck! Masalah apa? Bicara langsung saja! Aku harus segera siap-siap."

"Emh.... Daniel, aku... telat datang bulan."

DEG!

"Apa maksud mu?"

"Emh... terakhir kali kita melakukannya tanpa pengaman. Kamu ingat kan?"

"Jangan bercanda Alarie! Aku tidak perna seceroboh itu!"

"Tapi kita memang melakukannya. Kamu mungkin tidak ingat karena saat itu kamu meminum banyak wine. Di hotel Cariote, kita melakukannya!"

"Hah! Seharusnya kamu mencegah ku! Bukannya ikut memperkeruh suasana! Sudahlah! Kita bahas lain kali!"

Panggilan ditutup sepihak. Daniel luruh ke sofa. Masalah apa lagi ini? satu persatu masalah menghampirinya seperti badai.

"Sia*an!" umpatnya tenggelam di bawah telapak tangan.

Di sisi lain, sebuah cermin yang menampakkan wajah sembab wanita dengan rambut panjang sepundak. Ia menaruh handphone yang sejak tadi berdekatan dengan telinga. Panggilan yang diakhiri sepihak itu membuat bulir air mata jatuh entah kemana.

"Kamu memang tidak pernah berubah, Daniel."

Senyumnya mengembang pasi. Menatap dua garis di alat test pack.

"Aku tidak peduli lagi dengan harta atau apapun itu. Ayo kita hidup bahagia bersama Ayah mu," ucap Alarie mengusap perut datarnya.

Pikiran Alarie telah terbuka. Trauma masa lalu yang mencetuskan hal gila untuk memanfaatkan Starla tiba-tiba menguap dengan hadirnya janin dalam perutnya. Alarie menyerah! Ia hanya ingin hidup sederhana bersama Daniel.

"Mama akan membawa pulang Ayah mu. Kita akan menjadi keluarga kecil. Kali ini Mama tidak akan membiarkan siapa pun merebut Ayah mu!" tekad Alarie menerawang tajam pada sosok Starla yang telah mengambil Daniel dari pelukannya.

Ironis sekali, dulu Alarie yang mencetuskan untuk memanfaatkan Starla. Sekarang? Ia menyerah saat keadaan tidak terkendali. Ya, Alarie tahu sedikit demi sedikit, perasaan Daniel telah berpindah ke Starla.

Alarie tidak lah bodoh, ia menggunakan akalnya untuk mengikat Daniel. ia sengaja tidak menghentikan Daniel saat ia mabuk. Dengan kata lain, Alarie sengaja membuat dirinya hamil untuk mengikat Daniel lebih erat.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang