"Aku mencintai mu, Starla."
DEG!
"Aku yakin mulut manis mu mengatakan hal yang sama pada wanita mana pun!" ucap Starla tidak percaya.
"Dengan cara apa aku bisa meyakinkan mu bahwa ucapan ku sungguh-sungguh? Katakan saja. Aku akan memenuhinya."
Starla memutar bola matanya. Situasi ini sudah tidak kondusif. Mungkin saja ini hanya permainan Adam. Tentang bantuan yang sempat dilontarkannya tadi pun Starla curiga. Sudahlah! Starla tidak ingin mempercayai ucapan Adam lagi.
Kaki Starla jejak berdiri. Ia harus pergi sejenak dari tempat ini dan kembali lagi nanti.
"Mau kemana?" sahut Adam.
"Aku butuh udara segar. Di sini rasanya sesak!"
"Jawab dulu pertanyaan ku!"
"Tck!"
Terserahlah! Toh dia hanya bermain-main! Batin Starla.
"Baiklah, aku akan mempercayai ucapan mu jika kamu berani menyayat lengan mu dengan pisau!" ledek Starla.
Terlihat kerut dalam pada kening Adam. See? Dia tidak akan sanggup melakukannya. Starla melenggang begitu saja. Meninggalkan Adam termangu.
Yah, kalau diingat-ingat dari dulu karakter Adam itu penuh dengan misteri. Waktu kecil ia sering membual banyak hal. Saat itu Starla paham bahwa anak ingusan yang kini menjadi pengusaha sukses itu sebenarnya ingin diakui Starla. Itu sebabnya ia sering pamer.
Entah kenapa dari situ lah Starla merasa tidak cocok dengan Adam. Mereka adalah dua individu yang keras kepala dan tidak mau kalah. Tentu saja sebelum cinta menyerang salah satunya. Ya, kali ini Adam telah mengaku kalah. Tapi sayangnya Starla tidak memahami ketulan Adam. Sebab kesan buruknya yang terlampau dalam.
Starla menuruni apartemen mewah tempat tinggal Adam. Selagi menghindari Adam, Ia bermaksud melihat-lihat sejenak. Oh, mungkin Starla akan mencari cafe terdekat untuk membeli es coklat.
Tak perlu langkah jauh. Ternyata di lantai bawah Apartemen Labour City terdapat cafetaria. Starla tak perlu repot-repot mencari lagi dan satu coklat panas berhasil menyapa tenggorokannya.
Ah, sekarang pikiran Starla sedikit tenang. Memang hal manis tak pernah kalah membuat moodnya baik.
Hampir jam dua belas siang. Begini-begini juga Starla masih dalam jam kerja. Ini saatnya Adam meminum obat. Ia hendak beralih sebelum pikirannya mengulas kulkas kosong milik Adam.
"Hah, sepertinya aku harus beli sesuatu untuknya makan."
Untungnya cafetaria ini tidak hanya menyediakan makanan ringan. Ada soup dan beberapa makanan berat. Starla memilih soup iga untuk dibungkus. Sekalian deng nasi dan beberapa pencuci mulut.
Starla memang terlihat tidak peduli. Tapi ia selalu memikirkan job desknya dengan baik. Terlebih Adam itu lelaki. Ia tidak akan peduli dengan hal-hal berbau rumahan. Membuat Starla agak miris mengingat kondisinya.
Sebungkus soup iga ditenteng Starla. Ia kembali menaiki lift sampai ke apartemen Adam.
Tok tok tok
"Tuan, ini aku."
Hening, ah, mungkin dia sedang di kamar mandi. Starla coba mengetuknya lagi. Namun nihil.
"Dia tidak pingsan lagi kan?" gumam Starla.
Mencoba keberuntungan. Starla membuka handle pintu. Oh ternyata tidak dikunci. Kalau begitu kenapa ia repot-repot mengetuk tadi? Ugh! Menyebalkan!
"Tuan, aku masuk," ucap Starla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lipstik Merah Starla (END)
ChickLitStarla Faranggis dan Adiputra Daniel memutuskan menikah setelah menjalin kasih selama dua tahun. Siapa yang menyangka di malam pertama Starla memergoki Daniel tengah bermain api bersama Alarie, teman terdekatnya. Kejanggalan aneh pun satu persatu...