Fight 44

28.2K 1.9K 29
                                    

"Pagi...." sambut seorang karyawan ketika Starla hendak menuju koridor. Sepertinya ia juga baru datang.

"Pagi," balas Starla ramah.

Starla akui, karyawan di sini memilik attitude yang baik. Starla tidak menemukan adanya senioritas di antara karyawan baru maupun senior. Semua memegang kendali atas tugas masing-masing.

Budaya 'cari muka' yang biasanya ada di perusahaan-perusahaan besar pun tidak Starla temui di sini. Mereka berbicara santai ke atasan, bahkan tak jarang Starla menemui bawahan menekan atasan atas tanggung jawab yang diemban. Mereka adalah SDM berkualitas yang diakui Adam.

Rasanya Starla ingin mengikuti sistem di sini untuk diterapkan di FG Group. Tapi sayang, saat ini ia belum memiiki kendali penuh. Suatu saat, Starla akan mewujudkannya. Itu lah janjinya pada mendiang Papanya.

"Ah, handphone ku ketinggalan," gumam Starla ketika menyadari handphone nya tidak berada di saku celana.

Spontan Starla berbalik dan mendapati Theo di ujung sana. "Ah, dia baru datang juga," gumam Starla.

Langkah mengikis jarak di antara mereka. sampai atensi Theo beralih ke Starla ketika jarak mereka cukup dekat.

"Hai, sepertinya kali ini aku yang datang duluan," sapa Starla. Diam-diam mereka saling berlomba datang pertama. Tidak ada motivasi apapun. Hanya untuk memberi motivasi diri.

"Hehe, ya, sepertinya begitu."

"Apa dia menginap di penthouse nya lagi?" tanya Starla. Biasanya jika Adam pulang ke apartemen, mereka akan berangkat bersama. Namun pagi ini tidak.

"Humm...." jawab Theo layu.

Starla tahu Adam selalu membuat Theo kerepotan. Tapi tidak pernah sekali pun Starla melihat Theo selayu ini di pagi hari. Ia terlihat tidak bersemangat dan frustasi.

"Apa ada masalah?" tanya Starla khawatir.

"Yah... sebenarnya bukan masalah besar," Theo melirik sekilas ke Starla dan mendapati rambut Starla yang basah. "Ah si*l. Sepertinya akan jadi masalah besar!" gumam Theo tanpa sadar.

"Maaf kalau aku ikut campur. Apa kalian tidak menemui jalan keluarnya?" tanya Starla lagi. Jujur ia semakin khawatir setelah tidak sengaja mendengar gumaman Theo.

"Bu-bukan masalah yang seperti itu. Anu... maaf kalau saya lancang. Tu-tumben Nona keramas pagi-pagi," tanyanya ragu.

"Oh, ini...." Starla meraih rambutnya. Ya, dia memang keramas tadi pagi. Memang apa salahnya?

Jika ditanya, apa ada maksud tertentu dari keramas ini. misalkan untuk membersihkan diri setelah berh*bungan b*dan. Jawabannya, tidak ada hubungan sama sekali!

'Ajakan' Daniel saat acara reuni malam itu benar-benar gagal total. Yah, Starla pun sudah memprediksinya. Kalau tidak begitu, ia tidak mungkin menerima dengan mudah.

Sebelum berangkat reuni, tamu bulanan Starla tiba-tiba datang. Dengan alasan itu lah Starla bisa bebas dari 'ajakan' Daniel dengan mengaku tamu bulanannya baru saja tiba sepulang dari reuni.

Cerdik? Ya memang! Starla itu manipulatif. Ia bisa membenci dengan wajah tersenyum.

"Maaf aku tidak punya waktu untuk mengeringkannya. Aku pikir akan kering seiring jalan. Ternyata masih terlihat basah ya?" lanjut Starla santai.

Ia tidak tahu bagaimana perasaan Theo yang bingung menghadapi Adam setelah ini. Karena semalam, Theo dibuat menganga dengan tingkah Adam yang terkapar mabuk di salah satu bar. Soya menghubungi Theo untuk mengantar Adam pulang. Selama perjalanan Adam mengigau banyak hal. Jika diterjemahkan, intinya Adam frustasi karena Starla memilih Daniel.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang