Fight 56

28.5K 2.2K 64
                                    

Dingin suhu ruangan membuat Starla menggeliat di tengah aksi tidurnya di sofa. Oh dibanding tidur, mungkin lebih tepatnya ketiduran. Karena ia tidak begitu bodoh memilih tidur dalam posisi tidak nyaman ini.

Barisan gigi rapih itu menampakkan pesonanya. Ia menoleh ke arah jendela dan mendapati bulir air jatuh dari langit. Ah, pantas saja gadis ini kedinginan.

Laki-laki berpostur tegap itu seketika beringsut setelah sekian lama memandangi gadis dalam buaian di hadapannya. Ia mengobrak-abrik lemari. Berharap segera menemukan selimut bersih.

Putus asa, Adam mengalahkan salah satu jasnya untuk menyelimuti Starla. Sebenarnya ia tidak kekurangan uang untuk membeli satu selimut cadangan. Seingatnya dulu Theo pernah menunjukkan tempatnya. Hanya saja Adam lupa. Toh, ia tidak pernah mengundang siapa pun tidur di apartemen ini.

"Dia tidur seperti bayi," gumam Adam. Ia kembali ke posisi semula. Memandangi Starla dalam diam.

Kira-kira sudah satu jam berlalu setelah Adam bangun dari efek obat yang membuatnya tertidur. Percayalah, ketika ia membuka mata. Julukan orang gila mungkin tepat disandang Adam. Sebab, sedetik setelah ia bangun. Pikirannya langsung tertuju pada Starla. Ia semakin kalang kabut ketika sosok Starla tidak ada di mana pun. Sampai akhirnya ia menemukan Starla tengah meringkuk di sofa. Adam bisa bernafas lega setelahnya.

"Candu mu melebihi narkoba jenis apapun. Rasanya aku ingin mengikat mu di sini," rancau Adam seraya memuja paras cantik yang sedang tertidur itu.

Satu pergerakan terdeteksi. Adam menyengih seraya menegapkan tubuhnya.

"Hai...." sapa Adam saat mata indah itu terbuka.

"Umh.... kamu sudah bangun?"

"Humm. Berkat mu aku merasa baikan."

Starla beringsut duduk. Ia memahami sekitar. Di wajahnya tampak sekali ia kebingungan. Yah, tidur pagi memang membuat seseorang linglung. Ditambah lagi ini tempat asing untuk Starla.

"Jam berapa sekarang?" tanya Starla.

"Jam sepuluh pagi."

"Ah, maaf aku ketiduran," ujar Starla memegangi kening.

"No problem. Tidak ada pekerjaan khusus hari ini. Kamu hanya perlu di sini menemani ku."

Mata dengan bulu lentik itu menatap Adam intens. Membuat laki-laki yang digadang sebagai penguasa bisnis ini merasa kikuk.

"Aku akan mengambilkan minum," ujarnya menghindar. Adam memang terkenal playboy kelas kakap. Tapi jika dengan Starla, ia bisa berubah menjadi siput pemalu.

"Hah! Kenapa dia menatap ku seperti itu? Buat salting saja," ucap Adam mengacak rambut depannya. Ia meraih mineral di kulkas dan beberapa camilan ringan.

"Silahkan. Anggap saja rumah sendiri," ucap Adam seraya menaruh mineral ke meja.

Bola mata Adam mencuri lirik gadis yang tengah menenggak botol mineral. Leher mulus itu berhasil membuat darah Adam berdesir hebat. Ia reflek menggeser tubuh seraya memalingkan objek pandangnya.

Gawat jika terus-terusan memperhatikan Starla. Dia yang sedang minum saja terlihat sangat erotis.

"Sialan!" gumam Adam lirih.

"Tuan Adam...." panggil Starla.

Sontak Adam menoleh dan mendapati Starla dengan tatapan intensnya lagi. Ah, tatapan itu bisa saja membuat Adam gila jika dibiarkan terus menerus.

"Ada apa?" sahut Adam berusaha santai.

"Aku...."

Ucapan Starla terjeda. Ia terlihat menimbang-nimbang sesuatu. Membuat Adam ikut penasaran kelanjutan dari ucapannya. Selagi menunggu Adam mensahut snack yang tadi ia bawa bersama mineral. Ia memakannya santai sebelum ujaran Starla membuatnya terbatuk histeris.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang