Fight 9

47.7K 2.7K 14
                                    

Starla tersenyum tengil sambil menatap pantulannya di cermin kamar mandi. Ia buru-buru ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Ya! Starla akan membuatkan Daniel sarapan. Hanya saja, untuk memperbaiki moodnya yang rusak. Starla akan sedikit bereksperimen.

"Masukan micin dan garam secukupnya." Gumam Starla.

"Hemm..., sepertinya kurang. Tidak baik seseorang terlalu pintar. Jadi...." Starla memasukan lebih banyak micin.

"Emh..., Daniel pernah bilang kalau dia suka makanan dengan rasa yang kuat. Kalau begitu...."

Kecap asin, garam, kaldu, dan bermacam bumbu dapur lainnya membaur dengan sempurna pada tumis capcai ala Starla. Dibuat dengan tulus untuk meracuni penikmatnya.

"Yah, kelebihan." Beo Starla saat menuang capcai ke wadah.

"Sayang sekali kalau dibuang. Tapi, aku juga tidak mau memakannya." Matanya menerawang memikirkan sesuatu. Lalu ide gila pun muncul.

"Membuang makanan itu dosa. Jadi akan lebih baik diberikan ke orang lain." Senyum Starla mengembang sembari memikirkan orang yang kelak akan ia temui siang ini.

Ia pun sigap membungkus dengan rapi capcai wujud kebencian itu ke tupperwere. Hari ini dua laki-laki akan menjadi korban masakannya.

"Sayang."

Tubuh Starla terperanjat ketika merasakan perutnya disentuh tangan besar dari belakang. Bertahan untuk tidak menampar adalah hal yang harus dilewati Starla pagi ini.

"Kamu masak?" Beo Daniel.

"Humm...."

"Wah. Istri ku hebat."

"Pergilah cuci muka setelah itu duduk di meja makan. Aku akan menyiapkannya."

"Baiklah sayang. Aku tidak sabar ingin memakan masakan mu. Kira-kira sudah tiga atau empat---"

"Cepatlah, mau sampai kapan kamu memeluk ku seperti ini? Aku tidak bisa bergerak bebas."

"Hahaha. Oke-oke sayang."

Daniel terfokus pada tupperwere di samping Starla. Sebelum menanyakan sayangnya Daniel sudah digiring masuk ke kamar mandi.

"Haruskah aku menuntunmu setiap hari seperti anak TK?" Sungut Starla dibuat-buat.

Cubitan manis di hidung Starla dapatkan. Sepertinya pura-pura bersikap manjanya berhasil mengelabuhi Daniel.

"Mau sekali!" Jawab Daniel. Ia menarik tubuh Starla. Hampir bersentuhan dan membisikan sesuatu, "apalagi kalau sekalian dimandikan." Bisik Daniel sensual.

"Jangan menggodaku. Cuci muka. Aku akan menunggu di tempat makan." Ucap Starla santai. Padahal hati rasanya ingin menendang kema*uan laki-laki ini.

Starla berhasil lepas dari Daniel. Ia menuju dapur sambil mendumel, "mau dimandikan? Hah! Saat kamu mati dengan senang hati kumandikan!"

Mereka telah menempati kursi makan. Starla memandang Daniel dengan tatapan semangat tanpa dibuat-buat.

"Cobalah..., aku sudah lama tidak masak. Mungkin rasanya agak aneh." Ucap Starla.

"Seaneh apapun rasanya pasti akan kumakan. Karena ini first time istri ku membuat sarapan untuk ku." Cengir Daniel positif.

"Hehe. Aku senang mendengarnya. Habiskan ya! Aku akan sedih jika kamu tidak menghabiskannya." Kemudian Starla menuangkan banyak sekali capcai ke piring Daniel.

Lalu, hap! Satu suapan masuk.

Mau tau bagaimana respon Daniel?

Ia diam sejenak. Rahangnya tak kuasa mengunyah. Rautnya kentara sekali kalau makanan itu benar-benar makanan terburuk yang pernah masuk.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang