Fight 72 (End)

61.5K 2.3K 44
                                    

Gerimis mengguyur ibu kota Jakarta siang ini. di bawah sana Starla dapat melihat orang-orang berlarian menepi. Ah, jika Starla jadi mereka. Ia akan berjalan santai sambil menikmati rintik kecil anugrah dari langit. Toh, itu tidak menyakitkan. Mungkin hanya basah sedikit dan akan kering beberapa saat.

Suara ketukan mempengaruhi fokus Starla. Ia menoleh ke sumber suara. Mengalihkan pandangannya dari jendela kaca.

"Hallo Bu Bos, lagi sibuk?" sapa seorang wanita.

Siapa lagi wanita yang berani memanggil Starla sesuka hati kalau bukan Shia? Orang itu selalu blak-blakan namun hal itu lah yang menjadi daya tariknya.

"Ya, lumayan. Setelah mengecek laporan ini aku akan terbebas," ujar Starla seraya merenggangkan jari jemarinya.

"Hemm.... Ruangan ini tampak tenang ya kalau lalat berisik itu tidak ada," ucap Shia.

"Hahaha, ada-ada saja. Yah, ku pikir seperti itu. Tapi, aku jadi lebih konsentrasi dibanding ada dia."

Ya, di sini. Tepatnya di kantor FG Group. Siapa yang tidak tahu betapa tergila-gilanya Adam kepada Starla. Fyi, saat ini Starla mulai mengamil alih kepemimpinan FG Group. Tentu saja hal itu tidak luput dari arahan Adam. Itu sebabnya seluruh karyawan di sini setuju dan bahkan mendukung Starla dan Adam segera menikah. Karena mereka muak melihat kebucinan Adam yang semakin hari semakin meresahkan.

Contoh kecilnya saja, selama kurang lebih setahun lebih tiga bulan ini. Adam pernah membawakan setangkai mawar setiap pagi. Ya! setiap pagi dan itu selalu ada di meja kerja Starla. Semuanya berakhir saat Starla menceramahi Adam panjang kali lebar.

Lalu contoh yang paling ekstrim, secara frontal Adam melamar Starla di acara rapat internal yang dihadiri petinggi FG Group. Tak jarang ia membuat ulah ketika ada pertemuan-pertemuan penting lainnya. Ah, rasanya saat itu pundak Starla bisa kaku seperti kayu balok.

Entah sudah berapa kali bibir itu melayangkan kalimat lamaran. Tak satu pun Starla terima. Sudah Starla bilang kan? Ia ingin melihat usaha Adam. Dan yang paling penting, Starla suka melihat Adam tersiksa dengan perasaannya sendiri.

"Hari ini kamu sibuk?" tanya Shia.

"Emh, sepertinya tidak. Aku akan memeriksa laporan ini saja. Setelah itu pekerjaan ku selesai."

"Good! Karena aku ingin mengajak mu ke suatu tempat,"

"Ha? Kemana?" Starla memandang datar. "Jangan bilang kamu ingin memanfaatkan ku lagi untuk PDKT dengan Theo?" selidik Starla.

"Ah... itu... se-sebenarnya bukan itu...."

Apa ini? Starla mencium bau-bau rahasia dari sepenggal kalimat Shia. "Apa terjadi sesuatu pada mu dan Theo?"

"Ha? Ti-tidak kok!"

Ah, benar! Pasti terjadi sesuatu pada mereka berdua. Pasalanya Shia tidak pandai menyembunyikan kebohongan di depan Starla.

"Mengakulah! Kamu pikir aku tidak tahu kalau sekarang kamu sedang berbohong?"

"I-itu... a-aku akan menceritakannya nanti. Tapi kamu janji dulu akan datang. Ya?"

"Datang kemana?"

"Ke sini...."

Shia mengirim sesuatu ke Starla.

"Apa ini? Sebuah pulau?"

"Humm... aku ingin mengajak mu berlibur bersama ke sana. Ayolah... ya? FG Group tidak akan bangkrut hanya karena kamu liburan beberapa hari. Lagi pula kamu tidak sendiri kan? Ada wakil mu yang bisa membantu."

Setelah dipikir-pikir Shia ada benarnya. Akhir-akhir ini pundak Starla sangat kaku. Ia butuh refresing agar otaknya kembali jernih. Baiklah, Starla memutuskan untuk pergi. Tapi sebelum itu Starla ingin memastikan satu hal!

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang