Di ruang UKS, tampak seorang dokter laki-laki dengan didampingi oleh dua orang petugas PMR perempuan yang tengah mendapat giliran bertugas berjaga di UKS pada hari itu sedang mengobati beberapa luka di bagian wajah dan beberapa anggota badan seorang remaja laki-laki tampan bernama Jeno.
Jeno duduk di atas ranjang UKS dan tampak diam menatap ke arah pria tua yang tengah berdiri di hadapannya memperhatikannya.
"Jeno, apa kamu selalu begini?! Kamu nakal kalau di sekolah?" ucap pria tua bernama Dharren/opa.
"Bukan urusan Anda, pak," ucap Jeno.
"Jeno, apa ada luka lain selain ini? Di bagian mana lagi yang sakit? Apa ada pukulan keras di perut atau di bagian lain mungkin?" tanya dokter.
"Ngga," ucap Jeno.
"Yakin? Bilang saja kalau memang ada yang sakit, dek" ucap opa.
"Ya emang ngga, kok!" ucap Jeno.
"Buka saja seragam atasnya! Lihat saja apa ada luka lain atau tidak," ucap opa pada dokter.
"Eh, apa-apaan nih?! Jangan semena-mena sama saya ya, pak! Saya bisa tuntut atas ketidaksopanan ini!" ucap Jeno.
"Kalau ngga mau dibuka seragamnya, tunjukkan saja bagian mana yang sakit," ucap opa.
"Ya tapi kan ngga ada yang sakit lagi! Mana lagi yang mau ditunjukkin?!" ucap Jeno.
"Pasti ada. Opa bisa lihat orang yang lagi bohong sama yang ngga," ucap opa.
"Terserah!" ucap Jeno.
"Buka saja bagian perutnya, dok," ucap opa. Namun, Jeno segera menahannya.
"Jangan gitu dong, pak! Di sini tuh ada anak cewek, pak! Ngga sopan banget!" ucap Jeno melirik ke arah dua petugas PMR perempuan.
"Kalian keluarlah dulu! Cucuku malu perutnya dilihat teman perempuannya," ucap opa pada kedua petugas PMR.
Kedua siswi PMR itu pun pergi keluar dari ruang UKS.
"Sudah, kan? Sekarang tunjukkan saja bagian mana yang sakit," ucap opa.
Jeno lalu membuka bagian perutnya dan menunjukkan bagian mana yang sakit. Ternyata, di perut sebelah kirinya tampak ada luka lebam yang cukup jelas.
"Ya Tuhan! Kamu berantem sama siapa, Jeno?! Kenapa bisa sampai begitu lebamnya?!" ucap opa saat melihat lebam di perut Jeno.
"Temen," ucap Jeno.
"Temen yang mana?! Berani sekali dia!" ucap opa.
"Namanya juga cowok, banting-bantingan dikit wajar lah," ucap Jeno.
"Cepat obati lukanya, dok! Cucuku ternyata sedikit nakal," ucap opa.
"Cucu-cucu! Saya bukan cucu bapak!" ucap Jeno tak terima.
"Panggil opa, Jeno! Orang yang ada di depanmu ini opa-mu!" ucap opa.
"Ngga! Enak aja nyuruh-nyuruh panggil opa! Bapak bukan siapa-siapa saya! Kita ngga kenal, pak! Ngga usah aneh-aneh, deh!" ucap Jeno.
"Sudah, dok. Obati saja lukanya semuanya!" ucap opa.
"Baik, tuan," ucap dokter.
Setelah itu, dokter tampak mengoleskan salep pada luka lebam di perut Jeno. Sementara Dharren tampak mengeluarkan ponselnya dan tampak mengambil gambar Jeno yang tengah diobati oleh dokter di ruang UKS itu melalui ponselnya.
"Eh! Bapak motoin saya, yah?! Wah, parah sih! Hapus, pak! Pelanggaran nih ngambil foto orang sembarangan!" ucap Jeno.
"Opa hanya ingin menunjukkannya pada papamu," ucap opa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...