Sore itu, Jeno dan Daffin telah sampai di mansion. Terlihat Jeno membawa sebuah paper bag kecil di tangan kanannya. Ia berjalan memasuki mansion dengan dirangkul bahunya oleh Daffin.
"Jeno!" panggil Tiffany yang berjalan menghampiri Jeno dan Daffin dari arah dapur.
Langkah Jeno dan Daffin pun berhenti saat melihat Tiffany berjalan ke arahnya.
"Kamu dari mana aja, sayang? Jam segini kok baru pulang?" tanya Tiffany setelah sampai di hadapan Jeno dan Daffin.
"Diajak papa beli jam beker baru. Nih, jamnya!" ucap Jeno sedikit mengangkat paper bag kecil yang ada di tangannya.
"Beli jam kok sampe sore gini? Ngga mungkin kan kamu milih jam doang sampe selama itu?" ucap Tiffany.
"Udah lah, sayang. Yang penting kan dia udah pulang sekarang. Dia tadi perginya sama aku. Jadi aman, lah. Lagian tadi lama soalnya juga aku sekalian ajakin dia muter-muter dulu mumpung aku yang jemput. Aku kan jarang-jarang bisa jemput dia," ucap Daffin.
"Hm, ya udah kalo gitu kamu mandi sanah, Jen!" ucap Tiffany pada Jeno.
"Kok aku doang? Papa ngga disuruh?" protes Jeno.
"Sama papa juga, kok. Nanti papa juga mama suruh mandi," ucap Tiffany.
"Kenapa ngga sekarang aja? Kenapa papa disuruhnya nanti?" ucap Jeno.
"Ya udah ini papa juga mau mandi, kok," ucap Daffin.
"Ya udah aku ke kamar duluan mau mandi," ucap Jeno.
"Iya, dek," jawab Daffin.
Setelah itu, Jeno pun berjalan lebih dulu ke arah pintu lift untuk menuju ke kamarnya. Namun, saat ia baru saja berjalan beberapa langkah, Tiffany tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Jeno, tunggu!" ucap Tiffany.
Mendengar itu, Jeno pun menghentikan langkahnya dan berbalik badan menunggu apa yang akan Tiffany katakan padanya.
"Kenapa lagi, ma?" tanya Jeno.
"Itu leher belakang kamu kenapa? Kok memar gitu? Kamu habis berantem lagi di sekolah tadi?" tanya Tiffany.
Jeno dan Daffin tampak terkejut saat Tiffany menanyakan soal itu. Daffin baru sadar bahwa memar di leher belakang Jeno memang terlihat sangat jelas.
"Oh, emang iya, ma? Keliatan banget, yah?" ucap Jeno.
"Iya, keliatan banget. Emang kenapa?" ucap Tiffany.
"Ini itu ma, tadi aku ngga berantem kok. Ini tuh gara-gara waktu lagi pelajaran pulpen aku jatuh ke bawah meja. Terus aku ambil pulpennya tuh di bawah meja. Eh, malah leherku kena meja," ucap Jeno bohong.
"Iya, Tiffany. Tadi aku juga nanyain soal leher belakangnya kenapa memar, terus dia bilang katanya emang kena meja. Kurang hati-hati, sih," ucap Daffin.
"Tapi ngga pa-pa kan, Jen? Nanti mama kompres ya biar agak mendingan. Itu biru banget loh memarnya. Keliatan banget itu pasti kamu keras banget bentur mejanya tadi. Pasti sakit banget, kan?" ucap Tiffany.
"Aman kok, ma. Ngga usah dikompres juga ngga pa-pa. Aku kan udah biasa dapet luka pukulan juga. Kayak gini doang sih kecil," ucap Jeno.
"Udah, ngga pa-pa, dek. Nanti dikompres aja sama mama biar memarnya mendingan," ucap Daffin.
"Ya udah terserah," ucap Jeno lalu kembali berjalan menuju pintu lift dan ia pun berlalu setelah masuk ke dalam pintu lift itu.
"Kamu beneran beliin jam beker baru buat Jeno? Padahal jamnya yang di kamar tuh belum rusak tau, mas. Aku yang sengaja waktu itu atur ulang jamnya makannya dia telat bangun. Dia ngira jamnya rusak karena bunyi alarm-nya telat," ucap Tiffany.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...