Pagi harinya, opa dan oma berpamitan hendak berangkat ke bandara seusai sarapan pagi bersama. Kini Jeno dan keluarganya sudah berada di teras mansion. Mereka saling bergantian memeluk opa dan oma karena akan berpisah cukup lama dengan opa dan oma yang akan kembali ke luar negeri. Namun, lain dengan Jeno yang hanya berdiri sambil bersedekap dada dan sengaja membuang muka. Ia tidak mau menatap opa omanya yang sedang berpamitan dengan anggota keluarganya yang lain. Ia terlihat memasang wajah cemberut karena ia sebenarnya tidak setuju jika opa omanya akan kembali tinggal di luar negeri. Ia tidak rela jika harus berjauhan dengan opa omanya yang selama ini selalu memanjakannya.
"Jaga anak istri kamu ya, Daffin!" pesan opa pada Daffin setelah memeluk dan mencium Daffin.
"Pasti, pa," jawab Daffin sambil menganggukkan kepalanya.
"Kakak, oma titip adek ya, kak. Jagain adeknya! Yang akur sama adek. Jangan sering bikin adeknya ngambek terus, ya! Kakak semuanya udah pada besar, harus bisa jagain adeknya, ya!" ucap oma pada para kakak.
"Siap, oma! Oma tenang aja. Kita pasti bakal jaga kepercayaan oma buat selalu jagain adek di sini," jawab Tristan mewakili.
"Tiffany, jangan lupa suruh Jeno minum susu tiap pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur! Jangan lupa juga ajarin terus dia supaya mau makan sayur! Pastikan makanan yang dia makan semuanya sehat! Jangan sampai dia sakit lagi! Papa percaya kamu pasti bisa urus cucu-cucu papa terutama Jeno. Kamu harus lebih jagain dia karena dia yang paling kecil dibanding kakak-kakaknya. Kamu juga jangan sungkan bilang sama papa kalo Daffin berani nyakitin kamu, Tiffany. Kalau sampai Daffin berani kencan sama perempuan lain dan ketahuan sama kamu, kamu bilang aja sama papa. Terus kalau Daffin pelit sama kamu, bilang juga sama papa. Kamu itu bukan cuma menantu papa, tapi kamu udah jadi anak perempuan papa sekarang. Ngga usah ngerasa ngga enak kalau mau ngadu ke papa soal Daffin," ucap opa pada Tiffany.
"Iya, pa," jawab Tiffany sambil tersenyum.
"Pa, aku ngga mungkin lah selingkuhin Tiffany. Aku juga ngga pernah pelit kok sama dia. Papa harusnya ngga perlu ingetin dia kayak gitu," protes Daffin pada opa.
"Baguslah kalo memang kamu lakuin semua tanggung jawab kamu dengan baik sebagai suaminya. Tapi ngga ada salahnya papa kasih pesan itu ke Tiffany di depan kamu biar kamu bisa jaga perlakuan baik kamu ke Tiffany sebagai istri kamu. Kamu harus manjain dia! Jangan kerjaannya cuma sibuk ngurus kerjaan terus di kantor! Istri kamu itu kan butuh perhatian juga dari kamu, Daffin. Awas aja kalau sampai kamu ketahuan selingkuh! Kamu seharusnya bersyukur punya istri cantik dan baik seperti Tiffany. Kamu pasti nyesel kalau sia-siain dia!" ucap opa pada Daffin.
"Iya pa, iya. Aku ngga akan pernah selingkuh kok dari Tiffany. Aku juga ngga takut sama ancaman papa karena aku ngga akan pernah lakuin hal yang bakal ngerugiin diri aku sendiri," ucap Daffin.
Setelah itu, opa dan oma pun beralih mendekat ke arah Jeno yang sedari tadi tampak diam.
"Adek, cucu kesayangan oma.. oma sama opa pamit, ya! Adek baik-baik di sini, ya! Jangan nakal ya, sayang!" ucap oma sambil memeluk Jeno.
Jeno hanya diam tak menanggapi ucapan omanya. Ia juga tidak membalas pelukan omanya.
"Jeno, kok oma sama opa-nya dicuekin, sih?! Kamu ngga mau peluk oma sama opa sebelum oma sama opa berangkat ke bandara?" tegur Tiffany pada Jeno.
"Iya, adek masa ngga mau peluk oma?" tanya oma setelah melepas pelukannya dengan Jeno.
Jeno tetap cuek dan tidak mau menatap opa dan omanya yang masih berdiri di hadapannya.
Saat opa hendak mencium pipinya, Jeno menolak sambil masih memasang wajah cemberutnya.
"Kenapa ngga mau opa cium? Adek ngga mau disayang sama opa?" tanya opa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...