Barra terlihat sangat marah karena Jeno berhasil kabur. Ia menatap nyalang ke arah kaca jendela yang sengaja dipecahkan oleh Jeno sebagai jalan untuk Jeno bisa kabur.
"Arghh! Kenapa bisa sampai dia berhasil kabur?! Ceroboh sekali! Benar-benar tidak bisa diandalkan!" teriak Barra dengan penuh amarah.
Kedua bodyguard Barra tampak berdiri sambil menundukkan kepala mereka mendengarkan Barra bicara.
Barra lalu tampak menelepon anak buahnya yang saat ini semuanya sedang berpencar mencari Jeno.
"Putraku (Jeno) tadi membawa mobilku! Cepat cari dia sampai dapat dan bawa dia kembali ke sini! Aku ingin menghukumnya!" ucap Barra pada anak buahnya yang berada di seberang telepon lalu ia langsung mematikan sambungan telepon itu secara sepihak.
Saat Barra baru saja selesai bicara dengan bodyguardnya, tiba-tiba ia melihat dari kaca jendela yang pecah tadi bahwa ia melihat ada banyak mobil dan para geng motor yang tiba-tiba memenuhi halaman gedung bekas kantornya. Ia pun terkejut saat melihat Daffin keluar dari dalam salah satu mobil yang terparkir di sana. Selain itu, ia juga terkejut saat melihat putra sulungnya (Haje) ternyata ikut serta dalam rombongan para geng motor itu.
"Sial! Bagaimana bisa mereka tahu keberadaanku di sini?!" ucap Barra.
"Cepat turun ke bawah dan tahan mereka untuk masuk! Aku akan hubungi anak buahku untuk segera kembali kemari dan melawan mereka!" perintah Barra pada kedua bodyguard-nya.
"Siap, tuan!" jawab kedua bodyguard Barra dan mereka pun segera melaksanakan perintah Barra.
Setelah itu, Barra tampak menelepon anak buahnya lagi untuk segera kembali karena ia butuh bantuan mereka untuk melawan para rombongan Daffin.
"Beritahu yang lainnya untuk segera kembali kemari! Daffin dan rombongannya telah menemukan tempat persembunyianku!" perintah Barra pada anak buahnya yang berada di seberang telepon.
"Tapi bagaimana dengan tuan muda Jeno?!" jawab anak buah Barra.
"Sudahlah, biarkan saja dulu dia! Kita bereskan dulu yang di sini!" ucap Barra.
"Baik, bos! Kami akan segera kembali!" jawab anak buah Barra.
Setelah itu, Barra langsung mematikan sambungan telepon itu dan menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku jas kantornya.
DORRR!!!
Suara bunyi tembakan terdengar cukup keras. Sepertinya, Daffin dan rombongannya telah berhasil masuk ke dalam gedung bekas kantor Barra.
Tak lama setelah ada bunyi tembakan, kini terdengar suara Daffin yang berteriak mencari keberadaan Barra.
"Dimana kau, Barra?! Jangan terus bersembunyi! Dasar pengecut!" teriak Daffin.
Barra tampak diam sambil bersedekap dada menunggu Daffin membuka pintu ruangan bekas penyekapan Jeno dimana kini dirinyalah yang berada di ruangan itu. Ia sengaja menunggu Daffin menemukan tempat itu sendiri.
Brakk!!!
Akhirnya pintu ruangan itu didobrak oleh para bodyguard Daffin dan setelahnya muncullah Daffin bersama dengan Jeffrey dan Mahes yang berdiri di belakang Daffin sambil menunjuk pistol di genggaman tangan mereka ke arah Barra.
"Let's play!" ucap Jeffrey sambil tersenyum smirk ke arah Barra. Ia tampak menunjukkan ekspresi wajah layaknya seorang psikopat yang baru saja menemukan mangsanya.
Perlahan, Daffin berjalan masuk ke dalam ruangan itu mendekat ke arah Barra diikuti oleh Jeffrey dan Mahes. Ketiganya terlihat kompak menatap Barra dengan tatapan sengit mereka. Begitu juga dengan para bodyguard Daffin yang juga berjalan memasuki ruangan itu lalu terlihat membuat formasi melingkar dan membiarkan Barra, Daffin, Jeffrey, dan Mahes berada di tengah-tengah lingkaran itu. Para bodyguard Daffin lalu kompak mengeluarkan pistol yang mereka bawa dan mengarahkannya ke arah Barra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...