Di ruang kerja kantornya, Barra tampak sedang sibuk menandatangani berkas-berkas penting. Tiba-tiba, suara dering ponselnya berbunyi pertanda ada sebuah panggilan masuk. Ia pun akhirnya mengangkat telepon itu setelah membaca siapa yang meneleponnya.
"Halo?" ucap Barra.
"Selamat siang, tuan," ucap seseorang. Ternyata, itu adalah orang suruhannya yang ya tugaskan untuk memata-matai Daffin.
"Selamat siang! Ada apa menelepon? Apa ada berita penting yang ingin kau sampaikan padaku?" ucap Barra.
"Tuan Daffin akan segera menikah dengan nyonya Tiffany, tuan," ucap orang suruhannya.
Brakkk!!!!
Barra menggebrak meja yang ada di hadapannya dengan keras.
"Apa?! Jadi benar jika Tiffany akan menikah dengan Daffin?!" ucap Barra.
"Itu benar, tuan. Mereka baru saja menyebarkan undangan pernikahan mereka hari ini," ucap orang suruhannya.
"Kapan pernikahan itu akan dilangsungkan?" ucap Barra.
"Seharusnya pernikahan itu akan dilangsungkan dua Minggu lagi, tuan. Tapi ternyata tuan Daffin meminta untuk hari pernikahannya dimajukan. Oleh karena itu, pernikahan itu akan berlangsung dua hari lagi, tuan. Mereka akan melangsungkan pernikahan mereka di sebuah hotel mewah milik tuan Daffin," ucap orang suruhannya.
"Kurang ajar! Ini tidak bisa dibiarkan! Aku tidak akan rela jika dia yang menjadi ayah sambung untuk putraku! Aku harus menggagalkan rencana pernikahan itu! Jeno harus tetap menjadi milikku! Jika mereka menikah, maka rencanaku untuk merebut hak asuh Jeno akan semakin sulit!" ucap Barra.
"Tetaplah awasi mereka! Segera beritahukan padaku jika ada informasi baru!" ucap Barra.
"Baik, tuan!" ucap orang suruhannya.
Setelah itu, sambungan telepon itu pun diputus oleh Barra.
"Arghhh!!!" teriak Barra sambil menyingkirkan berkas-berkas penting yang ada di atas mejanya itu begitu saja. Kini berkas-berkas penting itu tampak berserakan di lantai. Namun, ia tidak memedulikannya.
"Kurang ajar kau, Daffin!" teriak Barra.
"Aku harus pikirkan cara untuk menggagalkan pernikahan itu! Jika sampai Jeno jatuh ke tangan Daffin, maka semuanya akan kacau!" ucap Barra.
"Jeno, bagaimanapun caranya papa pasti akan bawa kamu ke rumah papa! Kamu harus ikut papa, Jeno! Papa ngga akan pernah relain kamu jadi anak om Daffin! Kamu itu hanya milik papa!" ucap Barra.
"Ah, baiklah. Aku tidak masalah jika kau menikahi mantan istriku, Daffin! Aku akan merelakannya untukmu. Kau boleh memilikinya. Tapi aku tidak akan pernah merelakan Jeno untuk siapapun termasuk dirimu! Aku tidak akan biarkan kau merebut putraku!" ucap Barra.
•••
Di hotel mewah milik tuan Daffin, kini Jeno berada. Ia diminta untuk menginap di hotel selama dua hari ke depan oleh keluarga calon papa barunya. Ia memang belum diizinkan untuk berangkat sekolah karena ia masih belum betul-betul pulih pascaoperasi. Perutnya masih tiba-tiba terasa nyeri dan ia masih perlu kontrol beberapa kali ke dokter untuk memeriksa kondisinya. Kini keluarganya itu sedang sibuk mempersiapkan pernikahan mamanya dengan calon papa barunya, namun ia malah sibuk dengan game di ponselnya. Ia tampak berbaring di kamar hotelnya itu dengan santai.
Tak lama, pintu kamarnya tiba-tiba saja dibuka dari luar. Ternyata yang membukanya adalah para calon kakaknya. Namun, saking asiknya bermain game di ponselnya, ia sampai tidak menyadari kedatangan ketiga calon kakaknya itu. Ia malah masih terus saja fokus pada layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Novela JuvenilDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...