25☠️

2.4K 194 39
                                    

Jeno tampak baru saja keluar dari dalam lift yang ada di dalam mansion papa tirinya. Ia kini sudah berada di lantai 1. Ia berjalan mengendap-endap sambil celingukan ke kanan dan kirinya karena takut ada seseorang yang melihatnya keluyuran hampir tengah malam di lantai 1. Setelah di rasa aman, ia berjalan pelan menuju ke arah pintu taman belakang. Kebetulan saat itu lampu di dalam mansion memang sudah dimatikan karena para maid juga semuanya sudah tidur di kamar masing-masing, sedangkan para bodyguard tampak masih bertugas berjaga malam di sekeliling area luar mansion. Para bodyguard memang hanya berjaga di luar mansion jika malam tiba. Sehingga yang bertugas berjaga di dalam mansion hanya dua orang bodyguard yang berjaga di depan kamar Jeno. Namun meski lampu-lampu sudah dimatikan, masih tetap ada pencahayaan  yang menyala, namun pencahayaannya memang tidak terlalu terang karena hanya berasal dari beberapa lampu bantu saja yang menghiasi beberapa ruangan.

"Anjir! Serem banget nih mansion kalo lagi sepi gini! Kira-kira nih mansion ada hantunya apa ngga, yah?" gumam Jeno saat hendak membuka pintu itu.

"Ya elah, gua lupa! Pintu-pintu di mansion ini kan emang suka ngunci otomatis! Mana gua ngga tau sama sekali sama sandinya lagi! Lagian kenapa sih papa pake pasang pintu taman aja pake yang kayak gini segala?! Pasang pintu kayak gini tuh di kamar-kamar aja juga udah cukup kali! Takut bener mansionnya kena rampok sampe semua pintu-pintunya ada sandinya segala biar ngga bisa gampang dibuka!" gumam Jeno.

"Ck! Ah, udahlah! Keluar lewat jendela aja kalo gitu! Bodoamat! Untung aja nih ngga dipager jendelanya. Jadi gua tetep bisa keluar nih dari dalem," gumam Jeno.

Setelah itu, Jeno pun membuka jendela yang berada di sebelah pintu taman. Ia lalu menaiki jendela dan melompat turun keluar setelahnya.

Ia berjalan sangat hati-hati bahkan ia hanya menggunakan alas kaki yang biasa ia pakai di dalam mansion. Ia tidak mengenakan sepatu saat itu karena ia tidak ingin orang-orang akan curiga padanya jika melihatnya mengenakan sepatu malam-malam.

Jeno terus berjalan menyusuri taman belakang mansion dan ia pasti akan buru-buru mencari tempat persembunyian jika ada bodyguard yang berjalan di sekitar koridor yang ada di area taman.

Ia tampak berjalan menuju lorong sempit yang terdapat ada simpanan tangga di sana.

"Lumayan ada gunanya juga nih waktu itu gua sempet keliling-keliling di sekitar mansion buat liat-liat ruangan sekaligus nyicil ngehafalin akses pintu keluar yang ada di mansion ini. Termasuk juga tangga lipat yang emang sengaja diumpetin di lorong sempit ini. Saatnya gua beraksi, nih! Papa pikir dengan adanya bodyguard di sini bakal bikin gue ngga bisa kabur? Gua tuh cerdiknya ngalahin si kancil tukang nyuri timun! Ngga bisa gua kalo cuma dikasih algojo-algojo kayak gitu. Ngga mempan!" batin Jeno sambil tertawa terbahak-bahak di dalam hati.

Setelah itu, Jeno pun segera mengambil tangga lipat yang ada di lorong sempit itu dan membawanya dengan hati-hati ke arah tembok belakang mansion yang masih berada di area taman. Ia lalu mulai membuka tangga lipat itu dan langsung menyenderkannya pada tembok yang berdiri kokoh memagari area belakang mansion. Setelah itu, ia pun menaiki tangga itu dengan cepat. Sialnya, di atas tembok itu banyak sekali pecahan kaca yang sengaja dipasang atas tembok guna menjebak maling atau penyusup yang hendak memasuki area mansion.

"Anjir! Udah kayak maling beneran gua!" batin Jeno.

"Ssstt!!! Jen!" panggil seseorang dari arah bawah. Ternyata, itu adalah suara Naresh. Naresh tampak sudah menunggu di balik tembok besar itu dan ia tampak sudah duduk di atas motornya.

"Tunggu bentar, Na! Ini agak ribet soalnya gua turunnya! Banyak beling di sini!" ucap Jeno pada Naresh.

"Buruan! Ntar keburu ketauan sama bodyguard yang jaga!" ucap Naresh.

Second House√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang