Pernikahan Daffin dan Tiffany telah usai. Malam itu, Jeno sudah kembali ke kamar hotelnya. Ia kini sudah mengganti pakaiannya menjadi mengenakan celana training panjang berwarna hitam dan kaos pendek berwarna putih. Ia tampak sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya dalam posisi tengkurap.
"Aduh, pegel semua badan gua! Ini pasti paginya bakal lebih pegel lagi, nih! Kurang ajar emang si Haje!" gumam Jeno.
Setelah itu, Jeno memandangi kamarnya yang sepi. Hanya ada ia seorang diri di kamar itu.
"Kemana si Tristan?! Dari tadi belum balik-balik kamar. Acaranya kan udah selesai? Emang ngga capek apa?! Tapi bodoamat ah, malah enak gua bisa tidur sendiri di kasur empuk ini! Aduh, nyamannya..," ucap Jeno sambil menciumi bantalnya dan tersenyum senang.
Ia lalu beranjak dari ranjangnya dan mendekati kucing kesayangannya yang berada di kamarnya itu.
"Mikayla, masa perut sixpack Daddy tadi dipukul sama pakde Haje! Aduh, sakit banget tau!" ucap Jeno sambil mengelus perutnya.
Miaw..miaw..
"Iya, jangan nangis.. Daddy ngga pa-pa, kok. Daddy kan kuat. Tenang aja, ini beneran ngga pa-pa," ucap Jeno sambil menepuk-nepuk perutnya sendiri.
Miaw..miaw..
"Aa.. ya ampun, kasian banget anak Daddy pasti sedih yah daddy-nya sakit? Cup.. cup.. sini Daddy gendong, ya? Jangan nangis terus, Mikayla cantik..," ucap Jeno lalu mengeluarkan Mikayla dari dalam kandang.
Saat Mikayla keluar dari kandang, Jeno langsung saja menggendong kucing kecil itu tanpa mengenakan masker dan sarung tangannya. Ia bahkan menciumnya dan mengelusnya lembut.
"Ah, bodoamat amat sama alergi! Anak gua kan butuh daddy-nya," gumam Jeno.
Namun, saat ia tengah mencium kucingnya, tiba-tiba kucingnya itu malah mencakar pipinya.
Miaw.....!!!!
"Akhh!!!! Sakit! Mikayla ngga boleh nakal! Masa daddy-nya dicakar?! Jangan kayak kucing garong, dong! Kamu kan kucing blasteran! Harusnya kamu anggun! Daddy udah beliin baju cantik-cantik kok kelakuan kamu kayak gini?! Ngga boleh, ya?! Nanti Daddy nangis kalo kamu cakar kayak gitu! Liat, sampe berdarah!" ucap Jeno sambil mengusap pipinya yang berdarah karena dicakar Mikayla.
"Daddy tau kalo Daddy emang cute, tapi jangan gitu dong! Masa kamu suka ngerauk kayak om Haikal?! Diajarin om Haikal kemaren, yah?! Lain kali jangan diulangi lagi, ya?! Jangan nakal, Mikayla! Biar Daddy aja yang nakal! Mikayla jangan!" ucap Jeno seolah sedang memarahi anaknya betulan.
Saat ia tengah memarahi Mikayla, tiba-tiba saja pintu kamarnya itu dibuka dari luar. Ia terkejut saat melihat seluruh keluarganya memasuki kamarnya. Jeno tentu sangat panik karena ia masih memeluk Mikayla saat itu.
"Jeno! Apa yang kamu lakuin di kamar?! Lepasin kucingnya!" ucap Tiffany dengan wajah marahnya.
Jeno pun segera melepaskan kucingnya itu begitu saja dan wajahnya terlihat begitu panik melihat wajah marah mamanya itu.
"Mandi sanah! Bersihin itu badannya yang bersih! Liat nih! Bulunya sampe pada nempel di baju kamu loh, Jen!" ucap Tiffany sambil menarik-narik kaos putih Jeno yang banyak ditempeli bulu lembut Mikayla.
"Ma, cuci tangan aja ya? Udah malem. Males banget mandi, ma," ucap Jeno mencoba bernegosiasi.
"Ngga! Pokoknya kamu harus bersihin badan kamu semuanya! Kalo ngga nanti kucingnya mama buang, Jeno!" ucap Tiffany.
"Jangan, ma! Iya ini Jeno mau mandi, kok!" ucap Jeno sedikit takut karena melihat seluruh wajah keluarganya yang juga menatap ke arahnya dengan wajah marahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...