82☠️

2K 213 57
                                    

Tristan akhirnya kembali ke rumah sakit setelah mendapat kabar bahwa Jeno sudah keluar dari ruang operasi. Namun, saat Tristan baru saja memasuki lobi rumah sakit, ia bertemu dengan Jeffrey yang ternyata sengaja menunggunya di sana.

"Lu kenapa di sini, Jeff?! Ngapain?! Adek gimana?! Katanya operasinya udah selesai, kan?! Operasinya lancar kan, Jeff?!" tanya Tristan saat sudah berdiri di hadapan Jeffrey.

Bukannya menjawab pertanyaan Tristan, Jeffrey malah memeluk Tristan sambil menangis.

"Ken.. kenapa nangis, Jeff?! Lu kok jadi cengeng gini, sih?! Ada masalah? Hm? Adek baik-baik aja kan, Jeff?!" tanya Tristan setelah membalas pelukan Jeffrey.

"Jawab, Jeff! Lu jangan cuma diem sambil nangis kayak gini, dong! Jangan buat gua jadi mikir yang ngga-ngga! Gua ngga suka nih yang kayak gini-gini!" ucap Tristan dengan nada bicaranya yang terdengar kesal.

"Kak..," panggil Jeffrey sambil menangis.

"Iya, kenapa Jeff?! Ngomong aja, cepetan! Kasih tau gua ada apa?!" ucap Tristan.

"Ad.. adek..," ucap Jeffrey masih sambil menangis.

"Adek kenapa, Jeff?! Ngomong yang jelas! Jangan dipotong-potong gitu!" ucap Tristan semakin kesal.

Jeffrey lalu melepas pelukannya dengan Tristan dan tidak langsung menjawab pertanyaan Tristan. Ia mengajak Tristan ke ruangan dimana Jeno berada karena kini Jeno sudah dipindahkan dari ruang operasi ke ruangan lain.

"Jeff, kita mau kemana?!" tanya Tristan gugup sambil berjalan membuntuti Jeffrey.

"Adek di ICU sekarang, kak. Kondisi adek kritis setelah dioperasi," jawab Jeffrey.

"Apa?! Kritis?!" ucap Tristan terkejut.

Bersamaan dengan itu, mereka pun akhirnya sampai di depan ruang ICU dimana Jeno berada. Di depan ruang ICU terlihat seluruh anggota keluarga mereka tengah berdiri sambil menatap ke arah kaca pintu ruang ICU untuk melihat Jeno dari luar ruang ICU karena saat itu Jeno masih belum boleh dijenguk.

"Hiks.. Jeno..," ucap Tiffany sambil menangis.

"Ya Tuhan.. kenapa semuanya harus seperti ini.. hiks.. kuatkan cucuku, Ya Tuhan.. tolong jangan ambil cucuku dalam waktu dekat..," ucap oma sambil menangis.

"Adek.. kak Mahes ngga mau ditinggal sama adek.. adek harus bertahan ya, dek.. kak Mahes ngga sanggup kalo harus kehilangan adek..," ucap Mahes sambil menangis.

Melihat keluarganya menangis, Tristan pun berjalan mendekat ke arah pintu ruang ICU dan menatap ke arah dalam ruang ICU melalui kaca pintu ruang ICU. Terlihat saat itu Jeno terbaring lemah di atas brankar ICU dengan mulutnya yang terbuka sedikit karena dipasang selang ventilator. Kepalanya diperban dan ada banyak kabel yang terpasang di sebagian tubuh dan dadanya untuk menunjang hidupnya untuk tetap bertahan dan bisa segera pulih.

Tristan tentu merasa sangat hancur melihat kondisi adik bungsu kesayangannya saat itu. Ia dapat merasakan bahwa adik bungsunya pasti sangat tersiksa dengan berbagai alat medis yang menempel di tubuhnya. Tak terasa air mata Tristan pun kembali menetes setelah melihat kondisi Jeno yang berada di dalam ICU saat itu.

"Dokter bilang, saraf sumsum tulang belakangnya rusak parah. Adek lumpuh, kak.. adek ngga akan bisa jalan lagi..," ucap Jeffrey.

Tristan semakin menangis mendengar ucapan Jeffrey. Ia tidak menyangka semuanya akan terjadi se-fatal ini.

••••

Beberapa hari kemudian, tibalah hari dimana akhirnya Barra dan Kirana akan menjalani sidang putusan dari hakim untuk menentukan hukuman apa yang akan mereka dapatkan atas kasus yang mereka lakukan pada Jeno.

Second House√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang