Pukul 7 pagi, Daffin kembali ke mansion bersama rombongannya. Namun, mereka belum berhasil membawa pulang Jeno pagi itu. Hal itu pun membuat Tiffany dan kakek merasa kecewa.
"Jeno mana, mas?! Jeno mana?!" tanya Tiffany pada Daffin sambil menggoyang-goyangkan bahu Daffin. Matanya tampak berkaca-kaca saat menanyakan hal itu pada Daffin.
"Maafin aku, Tiffany. Aku belum berhasil nemuin dia," ucap Daffin menyesal.
"Hiks.. Jeno.. kamu dimana, sayang? Mama khawatir sama kamu, sayang..," ucap Tiffany sambil meneteskan air matanya.
"Sabar, Tiffany. Jeno pasti ketemu, kok," ucap kakek sambil mengusap lembut bahu Tiffany.
"Kita udah cari kemana-mana semaleman, ma. Tapi kita tetep ngga nemuin adek, ma," ucap Mahes.
"Mama jangan nangis, ma. Kakak janji bakal nemuin adek dan bawa adek pulang. Mama jangan sedih, ya. Nanti kakak lanjut cari adek lagi sampe ketemu. Mama jangan khawatir," ucap Tristan pada Tiffany.
"Mama takut adek kenapa-napa, kak.. adek semalem tidur dimana.. hiks.. adek masih belum pulih sakitnya.. adek pergi kemana.. hiks.. kenapa sampe susah banget dicarinya..," ucap Tiffany sambil menangis.
"Nanti pasti ketemu, ma. Kakak janji bakal bawa adek pulang. Mama jangan nangis..," ucap Jeffrey merasa sedih melihat Tiffany tampak begitu sedih karena kehilangan Jeno yang entah dimana keberadaannya.
••••
Haje terlihat sudah siap dengan seragam sekolahnya. Namun, ia dan para sahabatnya diam-diam sudah memiliki rencana untuk membolos sekolah hari itu. Kini Haje sedang menuruni tangga rumahnya menuju lantai bawah.
"Haje! Sarapan dulu, sayang! Mama udah siapin sarapan buat kamu, nih!" teriak Kirana dari arah ruang makan.
"Aku sarapan di sekolah, ma! Hari ini ada piket!" ucap Haje beralasan.
"Tumben banget kamu mau piket? Biasanya ngga pernah, kan?" tanya Kirana sambil berjalan ke arahnya setelah keluar dari ruang makan.
"Aku dihukum gara-gara ngga ngerjain PR kemaren. Aku disuruh piket selama seminggu di kelas," jawab Haje bohong.
"Kenapa PR-nya ngga dikerjain? Lupa? Atau emang sengaja?" tanya Kirana.
"Sengaja," jawab Haje santai.
Kirana lalu tampak menghela napas panjang setelah mendengar ucapan Haje. Sebenarnya ia ingin sekali mengomeli Haje. Tapi karena ia pun sadar bahwa itu hanya akan sia-sia karena Haje tidak pernah sekalipun mau mendengarkan perkataannya, Kirana pun akhirnya hanya memilih untuk diam dan membiarkan Haje melakukan apapun sesuai keinginannya sendiri.
"Sanah sarapan dulu! Ini masih pagi banget, Je. Kamu ngga bakal telat piket walaupun kamu nunda waktu berangkatnya buat sarapan dulu, kok," ucap Kirana.
Belum sempat Haje menjawab ucapan Kirana, tiba-tiba ia melihat pintu teras depan rumahnya dibuka dan yang membuka pintunya adalah Barra.
"Darimana aja kamu semaleman ngga pulang, mas?! Bisa-bisanya pagi-pagi begini kamu baru pulang! Ngga inget rumah kamu?!" ucap Kirana pada Barra setelah Barra sudah kembali menutup pintu.
"Bukan urusan kamu!" jawab Barra.
"Bukan urusan aku?! Maksud kamu apa bilang ini bukan urusan aku?! Aku ini istri kamu, mas! Aku berhak tau juga kamu habis darimana semaleman ini! Kamu kemana aja, hah?! Tidur dimana kamu semalem, hm?! Kamu pasti tidur di rumah perempuan lain, kan?!" ucap Kirana.
"Bisa ngga sih kamu ngga usah berisik?! Siapa yang tidur sama perempuan lain?!Ngga usah ngajak ribut pagi-pagi bisa ngga, sih?!" ucap Barra.
"Jangan bohong, mas! Ngaku aja kalo emang kamu ada hubungan sama perempuan lain selain aku! Buktinya kamu ngapain aja jam segini baru pulang?!" ucap Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...