Hari sudah menjelang sore. Saat itu di mansion sudah tidak ada Erland karena rupanya sahabat Daffin itu sudah pulang ke apartemennya sejak satu setengah jam yang lalu.
Jeno terlihat baru saja keluar dari pintu lift yang berada di lantai 1, lalu ia berjalan keluar dari lift menuju ke arah dapur. Sesampainya di dapur, Jeno tampak meminta bantuan kepada maid yang sedang berada di dapur untuk memanaskan sosis keju Indomaret miliknya yang sudah sisa satu, karena sosis yang satu lagi sudah ia makan sebelumnya saat siang tadi.
"Bi, tadi sosis keju Indomaret-nya masih tinggal 1, kan?" tanya Jeno saat menghampiri maid yang sedang berada di dapur.
"Iya, tuan muda," jawab maid.
"Tolong panasin lagi ya, bi? Aku mau makan lagi sosisnya," ucap Jeno pada maid itu.
"Baik, tuan muda," jawab maid.
"Oke, aku tungguin ya bi!" ucap Jeno dan maid pun mengiyakan ucapan Jeno.
Jeno lalu duduk di kursi yang berada di dapur sembari menunggu maid selesai memanaskan sosis keju Indomaret miliknya yang tinggal satu.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya sosis keju Indomaret tadi pun sudah selesai dipanaskan.
"Ini sudah selesai dipanaskan, tuan muda!" ucap maid pada Jeno.
Jeno pun segera menghampiri maid dan segera mengambil sosis yang sudah dipanaskan ulang tadi. Tak lupa ia memberi ucapan terima kasih pada maid tersebut sebelum akhirnya ia meninggalkan dapur dan berjalan menuju ke arah ruang TV.
Sesampainya di ruang TV, ia langsung menyalakan TV dan duduk di sofa yang ada di depan ruang TV sambil memulai memakan sosis keju Indomaret yang masih terasa panas karena baru saja dipanaskan ulang. Ia terlihat begitu menikmati sosis keju itu sambil melihat acara TV yang sedang berlangsung sore itu.
"Jeno! Mandi dulu, sayang! Udah sore, loh!" teriak Tiffany yang baru saja keluar dari pintu lift dan kini sedang berjalan ke arah ruang TV.
"Nanti, ma!" sahut Jeno.
"Nanti nungguin apa?!" ucap Tiffany.
"Ya nanti, ma! Aku lagi ngabisin sosis dulu! Nanti kalo udah abis pasti aku langsung mandi, kok!" jawab Jeno.
Sesampainya di ruang TV, Tiffany tampak berdiri di belakang sofa yang diduduki oleh Jeno. Ia lalu mengelus lembut rambut kepala Jeno dengan tangannya yang halus.
"Perutnya masih sakit ngga, sayang?" tanya Tiffany pada Jeno.
"Udah ngga, ma. Tapi tenggorokannya masih sakit buat nelen," ucap Jeno.
"Itu soalnya karena efek habis endoskopi kemaren. Kamu tuh harusnya makannya ngga boleh yang keras-keras dulu," ucap Tiffany.
"Iya, ma. Tau, kok," jawab Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...