Keesokan harinya, setelah Jeno pulang dari sekolahnya, ia langsung tidur siang di kamarnya karena kondisi tubuhnya belum cukup baik setelah kemarin ia demam karena hujan-hujanan. Namun, beruntung saat itu demamnya sudah turun. Hanya saja, ia masih merasa pusing karena ia menjadi batuk pilek seusai sembuh dari demamnya.
Uhuk!
Uhuk!
Terdengar beberapa kali suara batuk Jeno saat Jeno sedang tidur di kamarnya.
Uhuk!
Uhuk!
Tak lama, datanglah Tiffany memasuki kamar Jeno sambil membawakan segelas air hangat yang sudah dicampur dengan perasaan lemon dan madu untuk Jeno.
Karena melihat Jeno masih tidur, Tiffany pun akhirnya meletakkan minuman yang tadi ia bawa di atas nakas. Ia lalu menempelkan punggung tangan kanannya pada dahi dan leher Jeno untuk memastikan suhu tubuh Jeno apakah kembali panas atau tidak.
Setelah memeriksa suhu tubuh Jeno, Tiffany tampak merasa lega karena ia tidak merasakan panas saat ia menyentuh kulit tubuh putranya. Meski begitu, ia masih khawatir dengan kondisi Jeno karena Jeno saat itu masih belum begitu pulih. Masih ada keluhan seperti pusing kepala, tenggorokan sakit, batuk, serta pilek.
Uhuk!
Uhuk!
Tiffany mengelus pelan dada Jeno saat Jeno kembali batuk. Ia merasa kasihan melihat putranya tidur dengan tidak nyaman karena harus berulang kali batuk seperti itu.
"Jeno.., bangun dulu sayang!" ucap Tiffany sambil mengelus lembut pipi Jeno.
"Minum dulu, nih! Mama udah buatin minuman hangat yang bisa bikin tenggorokan kamu sedikit legaan," ucap Tiffany.
"Eugh.. minuman apa, ma?" tanya Jeno dengan suaranya yang terdengar serak. Ia terlihat membuka matanya sedikit menatap Tiffany yang duduk di samping ranjangnya.
"Coba aja! Ini enak, kok. Kalo kamu minum ini, dijamin tenggorokannya langsung enakan," ucap Tiffany.
"Ngga aneh-aneh kan, ma?" tanya Jeno.
"Ngga, kok," jawab Tiffany.
Jeno lalu merubah posisinya menjadi duduk dibantu oleh Tiffany. Setelah itu, Tiffany pun membantu Jeno meminum air hangat yang sudah dicampuri dengan perasan lemon dan madu yang Tiffany buatkan tadi.
"Gimana? Enak kan minumannya?" tanya Tiffany pada Jeno.
"Lumayan," jawab Jeno.
"Mau dihabisin langsung minumannya apa nanti lagi?" tanya Tiffany.
"Buat nanti lagi aja, ma. Jeno mau lanjut tiduran," jawab Jeno.
"Ya udah, mama taruh sini ya minumannya," ucap Tiffany meletakkan minuman tadi ke atas nakas kembali.
Jeno lalu kembali merubah posisinya seperti awal, yaitu berbaring di atas ranjang kamarnya yang luas dan empuk.
"Kepalanya masih pusing banget, sayang?" tanya Tiffany pada Jeno.
"Udah mendingan sih, ma," jawab Jeno.
"Kasian banget sih anak mama. Cepet sembuh ya, sayang! Mama ngga suka liat Jeno sakit kayak gini," ucap Tiffany sedih.
"Iya, ma. Mama ngga usah khawatir. Besok juga udah sembuh, kok," ucap Jeno.
"Jeno mau makan sekarang, sayang? Tadi siang kan kamu belum makan sama minum obat. Makan, ya? Biar perutnya ngga sakit lagi," ucap Tiffany.
"Nanti aja, ma. Aku lagi ngga pengen makan," ucap Jeno.
"Dikit aja, sayang. Kamu kan ngga boleh telat makan. Ini kamu udah tidur satu jam dari pulang sekolah tadi, terus kamu belum makan apa-apa siang ini. Makan dulu, ya? Abis itu minum obat. Mama ngga mau perut kamu sakit lagi. Mama ambilin makanannya ke kamar, ya? Nanti mama suapin makan di kamar. Mau, ya?" bujuk Tiffany.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Ficção AdolescenteDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...