Siang itu, Haje sedang berada di sebuah toko es krim bersama dengan para sahabat dekatnya, serta para adik kelasnya yang mengikuti ekskul futsal di sekolahnya. Hari itu, ia mentraktir para adik kelasnya es krim supaya para adik kelasnya itu semakin semangat dalam berlatih futsal karena pertandingan futsal akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
"Pada langsung pesen aja sanah! Terserah mau rasa apa aja. Gua yang bayar!" ucap Haje pada para adik kelasnya saat sudah berada di depan kasir.
"Nah, bener tuh! Cuaca lagi panas gini, enaknya makan yang seger-seger, kan?" sambung Bayu.
"Iya, bang. Hehehe.. makasih ya bang udah ajakin kita ke sini," ucap salah satu adik kelas.
"Iya, sama-sama," jawab Haje.
"Ini udah boleh pesen kan, bang?" tanya salah satu adik kelas yang lain.
"Boleh-boleh! Pesen aja! Mumpung ada yang mau bayarin, nih!" ucap Felix sambil menepuk bahu Haje bermaksud sedang menunjuk siapa orang yang akan membayar es krim tersebut.
Setelah itu, para adik kelas tersebut pun mulai mengantre untuk memesan es krim di kasir.
Setelah es krim sudah dipesan dan para adik kelasnya beralih mengantre untuk mengambil es krim pesanan mereka masing-masing, Haje pun segera membayar semua es krim yang dipesan tersebut pada kasir.
"Lu bertiga mau juga ngga? Ntar gua bayarin sekalian," ucap Haje pada ketiga sahabatnya, yaitu Felix, Bayu, dan Aji.
"Kita pesen minuman aja deh yang seger-seger. Di sini ngga cuma jual es krim doang, kan?" ucap Bayu pada Haje.
"Oh, ya udah pesen aja mau minuman apa. Ntar gua ngikut pesen minum juga," ucap Haje.
Para sahabat Haje lalu tampak menyebut nama minuman yang mereka pesan masing-masing pada kasir diikuti oleh Haje yang juga memesan minuman. Setelah itu, Haje pun membayar jumlah yang harus ia bayar pada kasir setelah sang kasir menyebut jumlah yang harus dibayarkan. Saat Haje baru mengeluarkan kartu ATM dari dalam dompetnya, ia dikejutkan dengan pengunjung toko es krim yang baru saja masuk. Ia terkejut, karena ia melihat Jeno masuk ke dalam toko es krim tersebut bersama dengan kakak sulungnya, yaitu Tristan.
Seketika Haje langsung menatap ke arah tangan Jeno yang sedang menggandeng tangan Tristan. Ia juga melihat Tristan yang tampak mengusap pipi Jeno lembut sambil menawarkan es krim pada Jeno.
Haje terus menatap ke arah Jeno dan Tristan hingga ia pun lupa bahwa ia harus membayar total belanjaannya di toko es krim tersebut pada kasir.
"Maaf, kak. Saya ulangi, ya? Total harga yang harus dibayar sebesar (Rp.401.000,-)/empat ratus satu ribu rupiah," ucap kasir pada Haje.
"Sstt! Je, buruan bayar! Liatin apaan sih lu?!" bisik Felix pada Haje.
"Oh, iya-iya! Maaf, mbak," ucap Haje lalu segera memberikan kartu ATM-nya pada kasir.
"Ada Jeno, anjir!" bisik Haje pada para sahabatnya.
"Hah?! Oh, iya!" ucap Felix terkejut saat melihat ke arah Jeno dan Tristan yang sedang berjalan ke arah kasir.
"Adek mau beli yang rasa apa, dek? Yang kecil aja ya belinya? Kakak takut adek nanti pilek karena kebanyakan makan es krim," ucap Tristan pada Jeno yang kini sudah berdiri di belakang Haje dan para sahabatnya yang sedang melakukan transaksi dengan kasir.
"Jangan yang kecil dong, kak! Sekali-kali beliin aku yang besar! Aku kan udah jarang makan es krim. Jangan pelit-pelit dong sama adeknya, kak!" ucap Jeno merayu Tristan supaya dibelikan es krim yang besar.
"Tapi nanti kalo pilek gimana? Ngga boleh banyak-banyak makan es krim, dek. Nanti dimarahin papa," ucap Tristan.
"Ngga, kak. Sekali ini aja, kok. Besok-besok ngga minta lagi, deh," ucap Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...