7☠️

3.2K 202 83
                                    

Di sebuah jalan raya besar, tampak terjadi sebuah kecelakaan yang membuat para pengendara yang menggunakan akses jalan tersebut akhirnya sedikit terganggu. Kecelakaan itu terjadi pada sore hari tepatnya sekitar pukul 4 sore. Sebuah mobil yang sedang melaju kencang menabrak seorang remaja laki-laki yang sedang menyeberang jalan dengan tiba-tiba. Namun, tampaknya si pengendara mobil tersebut tidak menghentikan mobilnya untuk menyelamatkan korban kecelakaan yang ditabraknya itu. Ia melarikan diri dengan membawa mobilnya semakin kencang meninggalkan korban yang ditabraknya itu begitu saja.

Sementara si korban tabrak lari tersebut sepertinya mendapatkan luka cukup parah karena tubuhnya terpental cukup jauh saat ditabrak mobil tersebut hingga ke arah trotoar. Banyak darah yang mengalir dari tubuh korban. Korban tersebut tak lain adalah Jeno.

Dua orang pria paruh baya yang berada di seberang jalan tampak berlari ke arah Jeno dengan tergesa-gesa disusul oleh seorang remaja laki-laki yang diketahui adalah Haje. Dua pria paruh baya itu adalah Daffin dan Barra.

"Jeno!" teriak Daffin sambil berlari ke arah Jeno.

"Jeno! Jeno, denger papa, sayang?! Adek?!" ucap Daffin setelah mengangkat kepala Jeno dengan hati-hati di pangkuannya.

"Jeno! Jeno ini papa, sayang. Jeno bangun!" ucap Barra terduduk di samping Jeno yang terbaring di atas aspal dengan kepalanya yang dipangku oleh Daffin. Jeno tampak tidak sadarkan diri saat itu dengan hidungnya yang tampak mengeluarkan banyak darah dan tubuhnya yang penuh luka akibat gesekan pada aspal saat ia terpental tadi.

Orang-orang yang berada di sekitar jalan itu tampak berbondong-bondong mengerumuni korban kecelakaan (Jeno) bahkan ada yang mencoba merekamnya dengan kamera ponselnya. Para bodyguard Daffin segera meminta dengan tegas supaya orang-orang itu tidak merekam apapun saat itu karena itu adalah hal privasi untuk majikan mereka dan tidak boleh ada yang merekamnya tanpa seizinnya.

"Cepat panggil ambulance!" teriak Daffin pada para bodyguard-nya.

"Kami sudah langsung memanggilnya tadi, tuan. Mereka pasti akan segera datang," ucap bodyguard.

"Daffin! Apa maksudmu menyebut dirimu sebagai papanya?! Aku papanya! Biar aku yang memangkunya! Dia putraku!" ucap Barra berusaha menyingkirkan Daffin.

"Tidak! Dia putraku! Jangan sentuh dia!" ucap Daffin.

"Dia putraku, Daffin! Minggir! Biarkan aku yang akan membawanya ke rumah sakit!" ucap Barra.

"Tidak! Tidak akan pernah ku biarkan kau membawanya pergi! Biar aku saja yang membawanya!" ucap Daffin semakin mengeratkan pelukannya pada Jeno.

"Aku papa kandungnya! Kau siapa?! Kau bukan siapa-siapa! Kau tidak memiliki hak apapun atas dia! Aku yang lebih berhak membawanya karena aku papanya! Dia putraku, Daffin! Dia putra kandungku!" ucap Barra.

"Tidak! Tidak akan ku biarkan kau menyakitinya lagi, Barra! Aku tahu perlakuanmu yang bejat itu di masa lalu! Kau telah menyakitinya, Barra! Kau menyakiti fisik dan batinnya! Kau telah membuatnya terluka! Aku tidak akan pernah membiarkanmu kembali melukainya lagi! Tidak akan pernah, Barra!" ucap Daffin.

"Untuk apa kau ikut mencampuri urusanku?! Tidak usah kau pedulikan dia dan berperan sebagai pahlawannya karena meski kau lakukan itu, takdir tidak akan pernah merubah apapun bahwa kenyataannya dia itu adalah putra kandungku! Aku akan mengambilnya! Dia harus tinggal bersamaku!" ucap Barra sambil mendorong tubuh Daffin supaya menjauh dari Jeno.

Sementara Haje hanya berdiri sambil menatap Jeno dengan penuh kebencian. Ia tampak mengepalkan tangannya kuat menahan emosinya. Ia sakit hati karena papanya bersikeras ingin membawa Jeno untuk tinggal bersamanya. Papanya selalu memedulikan Jeno dan selalu mengabaikannya.

Second House√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang