Siang itu, Tiffany tengah menyiapkan makan siang untuk Jeno yang sebentar lagi pasti pulang dari sekolahnya. Ia menyiapkan makan siang dibantu oleh para maid. Namun, tiba-tiba ia merasakan firasat buruk dalam hatinya. Tak lama, saat ia sedang sibuk menyiapkan makan siang, tiba-tiba ia mendengar dering ponselnya berbunyi. Ia pun segera menghentikan aktivitas siangnya saat itu dan mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja dapur. Ternyata, itu adalah panggilan telepon dari Jeno. Tanpa berlama-lama, ia pun segera mengangkat telepon itu.
"Halo, sayang? Ada apa telepon mama?" tanya Tiffany mencoba tenang dan berpikir positif meski sebenarnya ia masih mengkhawatirkan kondisi Jeno pasca alergi bulu kucingnya kambuh kemarin.
"Ma.. tol..longin.. Jeno, ma..," ucap Jeno dari seberang telepon.
"Ap..apa?! Kamu kenapa, sayang?! Jeno, kasih tau mama. Kamu dimana sekarang, sayang?! Mama akan susul kamu ke sana sekarang!" ucap Tiffany dengan suaranya yang berubah panik.
Sambungan telepon itu lalu tiba-tiba diputus oleh Jeno.
Namun, setelah itu Tiffany tampak mendapat pesan dari Jeno di ponselnya. Ia pun segera membuka isi pesan itu dan ternyata Jeno telah membagikan lokasi keberadaannya saat itu pada Tiffany.
Dengan perasaannya yang sudah diselimuti rasa khawatir, Tiffany segera pergi hendak menyusul Jeno saat itu. Ia meminta tolong pada bodyguard untuk menemaninya menyusul Jeno.
Sepanjang perjalanan, Tiffany tampak menangis karena merasa khawatir dengan Jeno saat itu. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Jeno saat itu. Tapi setelah ia mendengar suara Jeno yang terdengar lemah dan terputus-putus, membuatnya yakin bahwa putranya memang sedang tidak baik-baik saja saat itu.
Perasaan khawatir yang Tiffany rasakan lalu semakin bertambah saat mobil yang ia tumpangi dan dikendarai oleh sopirnya tampak memasuki jalan sepi yang lokasinya berada di bawah jembatan. Perasaannya pun semakin tidak karuan saat ia melihat Jeno tergeletak di jalan sepi itu dengan tubuhnya yang sudah terlihat babak belur. Ia juga tampak berteriak histeris saat melihat ada darah di sekitar mulut Jeno.
"JENO!!!" teriak Tiffany dari dalam mobil. Ia lalu buru-buru meminta pada sopir untuk segera menghentikan mobilnya karena ia sudah tidak tahan ingin segera keluar dari mobil untuk menghampiri Jeno.
Begitu sopir telah menghentikan mobilnya, Tiffany pun buru-buru turun dari dalam mobil dan berlari menghampiri Jeno yang tergeletak di jalanan sepi itu sendirian.
Tiffany segera memangku kepala Jeno dengan hati-hati dan memeluknya sambil menangis.
"Jeno! Hiks.. apa yang terjadi sama kamu?! Siapa yang berani lakuin ini sama kamu, sayang?! Bilang sama mama, siapa yang berani lakuin ini sama kamu?! Hiks.. hiks..," ucap Tiffany sambil memeluk Jeno.
Jeno hanya diam saat Tiffany bertanya soal itu padanya. Ia juga seperti sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk sekedar mengeluarkan suaranya. Namun, posisinya ia masih sadar saat itu.
"Sebaiknya kita segera bawa tuan muda Jeno ke rumah sakit, nyonya!" ucap bodyguard yang baru saja keluar dari dalam mobil.
"Tolong bawa dia ke dalam mobil! Kita harus bawa ke rumah sakit sekarang juga!" perintah Tiffany pada para bodyguardnya.
"Siap, nyonya!" jawab bodyguard lalu segera membopong tubuh Jeno dan memasukkannya ke dalam mobil.
Diam-diam, Haje ternyata masih mengawasi Jeno di sekitar sana. Ia hanya hanya menyembunyikan dirinya dan motornya supaya Tiffany dan para bodyguardnya tidak menemukannya sedang bersama Jeno saat itu. Jeno memang sengaja memintanya pergi dari tempat itu karena Jeno tidak ingin semuanya salah paham lagi dan akan menyalahkannya lagi seperti kejadian waktu itu. Namun, karena ia tidak tega meninggalkan Jeno sendirian di tempat itu dengan kondisi yang tidak baik-baik saja, akhirnya Haje pun memilih untuk tetap mengawasi Jeno meski dengan cara sembunyi-sembunyi. Ia hanya ingin memastikan Jeno sudah bertemu dengan mamanya dan sudah mendapat pertolongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second House√
Fiksi RemajaDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (Sudah TAMAT!!!!) Kehancuran itu dimulai.. Berawal dari kisah kedua orang tuanya yang harus berakhir menyisakan luka.. Dari peristiwa kelam itu, membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan pemberani.. Meski ban...