20☠️

3.2K 205 44
                                    

Sebelum baca part ini, aku minta tolong nanti sambil dikoreksi lagi, ya.. siapa tau ada typo".. soalnya aku belum sempet cek lagi buat revisi. Terima kasih 💚🙏

Enjoy~ selamat membaca! 💚✨

•••
Malam itu, Haje tampak mengendarai motornya dengan kencang di jalan raya. Ia lalu berhenti di sebuah club. Setelah memarkirkan motornya, ia langsung saja masuk ke dalam club itu. Begitu masuk ke dalam, ia langsung mencari-cari seseorang.

"Dimana sih, Jeno?! Katanya lagi di club! Kok ngga ada?! Apa gua coba cari ke club lain kali, yah? Siapa tau dia bukan di club ini," gumam Haje setelah ia tidak menemukan seseorang yang ia cari, yaitu Jeno.

Haje lalu kembali keluar dari tempat itu dan kembali melajukan motornya hendak menuju ke tempat hiburan malam lainnya. Namun, setelah ia mengunjungi beberapa tempat hiburan itu, ia masih tidak menemukan keberadaan Jeno. Kini Haje tengah berada di area parkir club yang ia kunjungi terakhir dan masih duduk di atas motornya.

"Sembunyi dimana sih lu, Jen?!" ucap Haje.

Seseorang lalu meneleponnya. Ia segera membuka ponsel miliknya yang ia simpan di dalam saku jaket motornya. Ternyata, yang meneleponnya saat itu adalah Felix, sahabat terdekatnya. Ia pun akhirnya mengangkat telepon itu.

"Lu dimana sih, Je?! Kenapa malah main tinggalin kita gitu aja?!" ucap Felix dari seberang telepon.

"Sorry, gua tadi buru-buru soalnya ada urusan," ucap Haje.

"Urusan apaan? Kenapa mendadak banget?" ucap Felix.

"Iya, sorry ya. Lain kali aja balapannya. Jeno juga ngga bisa malem ini katanya," ucap Haje.

"Kenapa ngga bisa? Paling juga gara-gara dikurung di mansion ngga boleh keluar malem. Takut dijewer lagi tuh dia sama abangnya kayak waktu kemaren pas di depan markas kali!" ejek Felix.

"Udah dulu, ya. Gua masih belum kelar urusannya," ucap Haje.

"Terus ini anak-anak gimana? Gua tadi kan udah kumpulin soalnya taunya kan lu mau balapan sama Jeno. Kita semua udah siap buat dukung lu. Tapi tiba-tiba malah dibatalin," ucap Felix.

"Lain kali gua kabarin lagi. Suruh buat bubar aja. Gua juga kayaknya nanti ngga bisa ke markas," ucap Haje.

"Ya udah deh kalo gitu. Semoga urusan lu cepet selesai ya, Je!" ucap Felix.

Setelah itu, Haje pun memutuskan panggilan itu.

Haje lalu menelepon Jeno, namun nomornya tidak aktif.

"Kenapa ngga aktif, sih?!" ucap Haje kesal.

Setelah itu, Haje kembali melajukan motornya untuk pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, ia langsung memarkirkan motornya ke dalam garasi, lalu masuk ke dalam rumahnya. Baru saja ia berjalan menaiki tangga, tiba-tiba Barra yang sedang duduk di ruang tengah bersama dengan Kirana bertanya sesuatu padanya.

"Dari mana kamu?" ucap Barra pada Haje.

Haje tetap melanjutkan jalannya menaiki tangga meski ia mendengar bahwa Barra baru saja bertanya padanya.

"Papa tanya sama kamu, Haje!" teriak Barra membuat Haje akhirnya kembali menghentikan langkahnya.

Haje pun akhirnya menolehkan kepalanya menghadap ke arah Barra dan Kirana yang duduk di ruang tengah.

"Emang harus banget dijawab? Ngga usah aku jawab pun papa udah tau kan aku habis dari mana? Aku selalu kasih jawaban yang sama dan sekarang pun aku punya jawaban yang sama juga. Kenapa harus masih ditanya lagi?!" ucap Haje.

Second House√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang