Bab 60; Last War

113 3 2
                                        

Wow engga nyangka banget akhirnya kita bisa sampai di part ini. Semoga kalian menikmati cerita gue ini yaa.

Thanks and byee..
_____________________________________________________

HAPPY RIDING🍁
^
^
^
Tiga minggu kemudian..

"Ini adalah markas terakhir mereka yang ada didunia ini. Sudah tiga minggu full kita menghabisi Bloods"ucap salah satu anggota yang sedang baru saja keluar dari markas Bloods.

"Selama berminggu-minggu, kita benar-benar menunjukkan siapa itu Hells Angels. Dan membuat Bloods merasa terancam"jelas temannya dengan bangga.

"Yaa, tinggal satu yang tersisa. Yaitu, markas tersembunyi mereka"ucap temannya yang lain.

"Hmm yaa, empat hari lagi kita akan pergi ke Yordania lokasi mereka saat ini"jawab orang yang pertama.

"Sebaiknya kita cepat selesaikan ini, dan ikut berkumpul dengan yang lain"ucap orang kedua, mereka pun segera menjauh dan menekan tombol remot yang ada ditangan salah satu dari mereka.

DUAR.....

Ledakan yang hebat terdengar jelas ditelinga mereka, dan mereka pun segera meninggalkan gedung yang sudah hancur itu lalu bergabung dengan yang lainnya.

"Lapor. Mission complete"lapor mereka kepada sang ketua dalam penyerangan ini.

"Let's go"ucap sang ketua dan mereka pun pergi menaiki mobil, dan segera meninggalkan lokasi tersebut.

Setelah melewati beberapa jam perjalanan, akhinya mereka pun sampai di markas Hells Angels. Dan seperti biasanya, seluruh ketua divisi kumpul untuk melakukan laporan.

"Markas terakhir selesai"ucap ketua dari penyerangan tadi.

"Apakah ada korban jiwa?"tanya sang leader.

"Nope, semua kembali dengan selamat"jawabnya dengan melepas topeng miliknya yang sudah dilumuri darah musuh.

"Itu yang terpenting"ucapnya dan menghembuskan nafasnya dengan tenang.

Karna memang setiap terjadi peperangan rasanya seperti ada sebuah trauma yang sangat jelas didalam diri devan, ia tidak ingin merasakan kehilangan untuk kedua kalinya terlebih saat ini sang kembaran lah yang menjadi ketua divisi penyerangan itu.

Mereka semua paham apa yang dirasakan oleh devan, karena memang mereka pun sedari tadi harap-harap cemas menunggu kepulangan devon dari medan perang.

"Lo tenang aja, gue gak bakal mati di medan perang seperti itu"ucap devon dengan senyum miringnya.

Jake yang mendengar ucapan devon merasa kuranng enak dihati. Melihat devan ingin angkat suara, segeralah ia memotong hal itu "jaga omongan lo von".

"Pegang omongan gue, dihadapan kalian gue berjanji tidak akan mati dalam peperangan ini"ucap devon dengan muka slengekan, tetapi hal itu malah membuat mereka semakin emosi.

Bagaimana bisa devon menganggap remeh dalam hidup dan mati. Perang bukanlah hal yang ringan ataupun mudah, disini kita tidak akan ada yang tau siapa yang akan pergi.

"Devon"panggil max memperingatkan bahwa ia telah kelewatan.

Devon yang menyadari hal itu pun langsung terdiam dan mencoba untuk menjernihkan kembali fikirannya "sorry gue udah kelewatan, gue pamit mau bersih-bersih"ucap devon dan memilih pergi menuju kamarnya.

Qeyla yang paham suasana hati devon pun segera pergi menghampirinya.

Tok...

Tok...

SOZHALENIYETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang