Bagian 43

518 23 2
                                    

.
.
.

"Mau beli apa?" tanyanya saat kami mulai berkeliling di pusat perbelanjaan terbesar di kota ini.

Tangan kami saling bertaut. Mengabaikan tatapan dari banyak orang. Tentu saja. Suamiku ini selalu bisa mengundang perhatian orang di mana-mana. Tidak ada yang bisa memandangnya dalam sekali pandang. Pasti selalu menjatuhkan pandangan kedua setiap melihatnya. Dan aku, dengan bangga bergelanyut mesra di lengannya.

"Dira ngantuk," bisikku pelan.

"Tadi Kakak ajak tidur dulu nggak mau?"

Kucubit gemas pinggangnya. "Kita nggak nitipin Rain cuman buat tidur di hotel, kan?"

Kak Alvin terkekeh. Kami sudah dari hotel sebelum kemari. Kak Alvin tidak main-main dengan ucapannya untuk membawaku ke hotel terdekat bila aku tidak berhenti menggodanya. Dan benar. Setelah dari lampu merah itu, Kak Alvin membelokkan mobilnya ke hotel terdekat. Memesan kamar dan langsung mengajakku melakukannya di sana.

Kami melakukannya hingga siang hari. Saat adzan Dzuhur berkumandang, aku memaksanya berhenti. Kencan pertama kami akan kacau jika dia tidak berhenti hingga sore hari. Kami mandi bersama sembari kembali melakukannya. Setelah itu, barulah kami keluar hotel dan memutuskan untuk membeli beberapa baju ganti untuk ke pantai.

Tubuhku sudah lelah akibat kegiatan kami di hotel tadi. Harusnya aku mengikuti sarannya untuk tidur beberapa saat. Namun, aku bersikeras tetap pergi karena tidak mau terbangun saat sore hari, dan mengacaukan acara kencan kami.

"Mau makan dulu?" tanyanya.

Aku menggeleng keras kepala. Padahal, perutku sudah mulai bersuara karena lapar. Aku tidak mau membuang waktu. Lebih baik beli makanan saat sudah mau berangkat ke pantai nanti. Lalu memakannya di mobil sembari berangkat.

"Dira pengen belanja beberapa baju buat kita sama Rain," kataku sambil melihat-lihat toko yang pas untuk didatangi.

Kak Alvin mengangguk.

"Di sana!" Aku menunjuk toko yang cukup besar untuk kami datangi. Kak Alvin menuruti langkahku masuk ke dalam toko, yang sedikit lebih ramai dari toko yang lain.

Tak butuh waktu lama, rasa kantukku hilang seketika. Aku sangat antusias memilih beberapa baju untuk kami. Bahkan aku meninggalkan Kak Alvin di belakangku. Aku membeli beberapa dress dan mencocokkannya dengan setelan Kak Alvin. Juga mencarikan baju untuk Rain yang serasi dengan kami.

Hampir satu jam, dan aku sudah mendapat beberapa pasang yang bagus. Mengangguk puas, aku menunggu pelayan toko membungkus baju kami. Kak Alvin yang membayar semuanya.

"Yang untuk ganti nanti sudah beli?" tanyanya dan aku mengangguk. "Mau beli apa lagi?" tanya Kak Alvin sembari menerima kartu saktinya yang baru disodorkan pelayan toko.

"Udah itu aja." Aku merasa cukup itu saja yang ingin aku beli. Bahkan beberapa baju yang aku beli beberapa waktu lalu, masih baru lengkap dengan tag di bajunya.

"Terima kasih." Kak Alvin menerima pakaian kami, membawanya lalu mengikuti langkahku yang menggandeng tangannya.

"Langsung ke pantai kan?" Aku melihat-lihat sekitar sekedar cuci mata.

"Sebentar!" Kak Alvin menarik tanganku masuk ke sebuah toko. Dan aku kaget saat menyadari toko yang kami masuki.

"Kak?" Aku melotot padanya. Yang benar saja dia bawa aku ke sini?

"Tidak apa-apa. Belilah beberapa yang Dira suka. Kakak pengen lihat Dira pakai itu," katanya dengan senyum genitnya, yang baru aku lihat hari ini.

Aku menyembunyikan wajahku di dadanya, saat pelayan mendekati kami. Ya ampun. Ini toko pakaian dalam yang terkenal mahal itu. Aku memang belum pernah membeli. Ah pernah. Waktu Kak Gita yang membelikanku. Tapi itu pun belum pernah aku pakai. Aku malu. Pakaian itu membuatku merasa telanjang.

Indira(in)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang