Makasih yang udah vote, comment dan follow..
Minta tolong tandain typo, ya!!
💕💕💕
***
"Buat apa lagi sih Kak nyariin dia? Kayak nggak ada wanita lain saja! Dia itu udah nggak mau lagi sama Kakak. Buktinya, dia sendiri yang minta sama aku buat nyembunyiin keberadaannya dari Kak Alvin."
Sebuah kenyataan menghantamku. Apa benar, Dira sebegitu tidak inginnya aku temukan? Sampai minta Kevin menyembunyikannya? Tapi bukankah mereka sudah tidak berhubungan lagi, setelah Dira menikah denganku? Sangat aneh jika tiba-tiba Dira menemui Kevin dan meminta tolong padanya. Aku tidak boleh termakan omongan Kevin dengan mudah. Daddy sudah mengingatkanku untuk selalu waspada dengan Kevin. Karena bocah yang 9 tahun lebih muda dariku ini, sangat licik dan manipulatif.
"Aku tidak akan mudah percaya omongan kamu, Vin. Jika kamu memang tidak mau memberi tahu, aku akan mencarinya sendiri. Kupastikan, aku akan memiliki akhir yang bahagia dengan Dira dan anak-anak kami nanti," ujarku di hadapannya. Ingin Kevin mendengar sendiri tekad dan sumpahku. Memberitahunya, bahwa tidak akan pernah ada kesempatan baginya untuk menjadi lebih dari seorang adik untukku. Baik dulu, sekarang atau pun nanti.
Tanpa menunggu responnya, aku bergegas keluar dengan membanting pintu. Tidak peduli lagi meski tidak mendapat informasi apa pun. Aku pasti bisa mendapatkan sendiri alamat Dira. Tanpa perlu mengemis informasi pada bocah sialan itu.
"Kevin tidak mau bilang?" pertanyaan pria yang berdiri di depan pintu membuatku sedikit terlonjak. Apa pria ini sedari tadi menungguku?
Aku mengabaikannya. Memilih segera keluar dari rumah yang menguarkan bau pesing dan tinja ini. Namun, pria itu mengejarku dan menahan lenganku. Aku langsung menatapnya dengan tidak suka.
"Kevin sudah semakin parah," katanya padaku, membuatku mendengus. Apa peduliku? "An*snya sudah hancur tak berbentuk. Setiap saat keluar darah dan nanah yang bercampur kotoran dari sana. Luka di tubuhnya selalu dia garuk, sehingga menjadi seperti yang kamu lihat tadi. Pen*s Kevin juga keluar nanah. Bahkan, jika dibawa ke rumah sakit pun, dia tidak akan selamat."
Aku hampir mual mendengarnya. Efek buruk dari penyimpangan yang Kevin lakukan. Para penyuka lubang kotoran, tentu saja memiliki resiko memiliki penyakit menakutkan itu. Bahkan, hewan saja tahu lubang mana yang harus mereka masuki saat berhubungan.
"Itu risiko atas jalan yang dia ambil. Dari awal, saya sudah memberitahunya!" kataku dingin. Sudah tidak memiliki simpati lagi pada Kevin.
"Tolong, Al, bawa dia ke rumah sakit! Aku benar-benar tidak sanggup melihatnya seperti ini. Aku sangat mencintainya." Pria itu berlutut di hadapanku. Membuatku terkejut sekaligus kasihan padanya. Dia keliru menjatuhkan hati.
"Untuk apa? Kamu sendiri yang bilang, jika dibawa ke rumah sakit pun, dia tidak akan selamat."
"Aku tahu. Tapi, aku tidak tega membiarkannya kesakitan tanpa pengobatan yang memadai seperti ini. Aku ingin, jika pun akhirnya dia harus pergi, setidaknya aku sudah memberikan yang terbaik. Seandainya aku punya uang, aku pasti sudah membawanya ke rumah sakit sendiri. Sayangnya, aku tidak bisa," katanya dengan penuh penyesalan. "Untuk hidup sehari-hari saja aku kesulitan," lanjutnya dengan lirih.
Aku berdecih. Jika Kevin saja tega berbuat keji padaku, untuk apa aku membantunya? Meski pun kita kakak beradik, tapi dia sudah sangat keterlaluan padaku. Biarkan saja dia menanggung penderitaan ini. Sebagai balasan untuk semua perbuatan jahatnya.
"Aku akan sangat berterima kasih sama kamu, Al. Aku akan mengabdikan sisa hidupku untuk kamu. Kumohon, tolong bantu aku! Jika kamu tidak bisa membantunya sebagai seorang adik, karena sudah memisahkan kamu dari istrimu, maka lihatlah dia sebagai sesama manusia. Dia kekasihku. Aku akan melakukan apa saja untuknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira(in)
Romance. . . Hampir sepuluh menit aku hanya memandang kaget pada sesuatu yang bergerak di lantai persis di antara kakiku yang gemetar. Aku pun belum berdiri dari posisi duduk bersandar pada pintu kamar mandi. Sesuatu yang merintih meminta pelukan itu kelua...