Assalamu'alaikum..
Minta tolong tandain typo, ya!
***
Aku menatap langit-langit kamar. Memikirkan semuanya dengan gamang. Mencerna apa yang Daddy ceritakan tadi, perlahan-lahan. Mencoba mencari ketenangan, di kamar pengantinku dan Dira.
"Daddy tidak tahu menahu tentang keberadaan Dira, Al. Daddy memang sempat mencari tahu, tentang kehidupan kalian yang ternyata sudah pisah. Namun, Daddy tidak tahu jika Dira menghilang. Daddy sangat merasa bersalah, ikut andil dalam rencana busuk Kevin. Ternyata, dia tidak sebaik yang Daddy kira."
Aku tahu. Daddy sudah benar-benar menyesalinya. Jadi, jika Daddy bilang tidak tahu Dira di mana, itu berarti satu hal. Kevin adalah satu-satunya yang bertanggung jawab atas menghilangnya jejak Dira. Bocah itu benar-benar sudah kelewatan.
Aku baru tahu, detail kesalahpahaman yang terjadi padaku dan Dira 5 tahun yang lalu. Daddy menceritakannya dengan terperinci. Membuatku sadar, betapa liciknya Kevin.
"Kevin mengganti kartu ponsel Dira. Tanpa sepengetahuan Dira. Lalu, mengganti juga nomor kamu di ponselnya. Yang terjadi adalah, kamu menghubungi nomor Dira yang dipegang Kevin, begitu pun Dira juga begitu. Jadilah komunikasi kalian tidak terjalin. Kamu merasa sudah memberi kabar pada Dira, tapi ternyata, Dira merasa tidak mendapat kabar darimu. Sebaliknya, Kevin terus mengirim foto dan video kamu dan sekretaris kamu yang dia edit kepada Dira, membuat Dira salah paham dan menganggapmu selingkuh."
"Daddy tidak tahu bagaimana Kevin melakukannya. Dia terlalu licik dan manipulatif. Membuat Daddy tertipu. Daddy hanya tahu, sampai Kevin memasang pelacak di ponsel Dira, sehingga dia langsung tahu saat Dira hendak pulang ke rumah setelah pergi itu. Dan saat Dira masih di perjalanan, Kevin menyiapkan jebakan yang kamu lihat sendiri. Sekretaris kamu telanjang di kamarmu, dan Dira memergokinya. Setelah itu, Daddy tidak terlibat lagi."
Ya. Malam itu, aku pingsan. Entah makanan atau minuman apa yang membuatku pingsan. Tiba-tiba saja, aku mendapati Dira masuk ke kamar. Yang membuatku lebih terkejut, aku polos di balik selimut, dengan Mala di sampingku yang juga tidak mengenakan apa pun.
Aku hanya sempat memakai bawahanku saja, takut Dira keburu pergi. Melihat Dira sebentar lagi masuk ke mobil, aku tidak bisa berpikir jernih. Sangat takut Dira akan pergi meninggalkanku selamanya. Sehingga aku dengan tega menyarangkan peluru ke kaki Dira. Satu-satunya hal yang kupikir, bisa menghentikannya. Tapi ternyata, Dira tetap pergi. Usahaku untuk menghentikannya, malah membuatnya semakin membenciku.
Seandainya waktu bisa diulang kembali. Aku bisa membiarkan Dira pergi dulu saat itu. Biar dia menenangkan diri. Kemudian, aku bisa mencarinya nanti. Menjemputnya pulang dan menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi. Mungkin, dengan begitu kami masih baik-baik saja sampai sekarang.
"Daddy minta maaf, karena sudah ikut andil memuluskan rencana Kevin, Al. Daddy benar-benar menyesal. Daddy janji, akan bantu kamu nyari Dira. Daddy janji! Daddy akan buat kalian bersatu kembali."
Ya. Masalah perusahaanku waktu itu, adalah buatan Daddy. Kebakaran gudang, pejabat yang korupsi, perampokan di kantor, dan kaburnya client-client pentingku, semua Daddy yang ciptakan. Membuatku sibuk mengurus masalah itu yang serasa datang bertubi-tubi. Hingga aku tidak ada waktu untuk Dira. Dan Kevin, dengan leluasa memanipulasi semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira(in)
Romance. . . Hampir sepuluh menit aku hanya memandang kaget pada sesuatu yang bergerak di lantai persis di antara kakiku yang gemetar. Aku pun belum berdiri dari posisi duduk bersandar pada pintu kamar mandi. Sesuatu yang merintih meminta pelukan itu kelua...