Double N (pt 3)

344 35 3
                                    


Aroma gurih menggelitik hidung. Nazril yang baru pulang dari kantor bersama dengan rekan-rekannya, dimabukkan dengan aroma masakan Nacitta.

"Wuah, wuah, wuah, tumben-tumbenan nih rumah bau seger begini. Adek lu bukannya udah diembat lakinya ya?"

"Bukan adek gue."

Nazril menyungging senyum. Ia melepas jasnya dan sambutan dari duplikat dirinya mengisi energi yang tadinya sudah low kini full kembali.

"Ayah! Ayah!"

"Waaah gantengnya Om Ibaz!! Ninoninooninoooooo!"

Reaksi over dari Bazla membuat Nino ketakutan. "Ayah, Om napa?"

Nazril menyepak kaki sahabatnya. "Diem lu, anak gue takut."

"Gemay sih anak lu, kek ibunya."

Lagi, Nazril menendang sang sahabat hingga Bazla tersungkur di atas sofa.

"Astagfirullah, Ayah. Kok gitu. Nanti Nino ikutan loh."

Nacitta keluar dari dapur sembari menjewer telinga Nazril.

"A-aduh, Sayang, sakit."

Lima rekan Nazril menatap penuh takjub. "Duuuh, Sayang nggak tuh? Aw aw, ayah sama ibu ayank-ayankan lagi!"

Baim, salah satu rekan Nazril bersorak.

"Alhamdulillah, gitu dong. Rujuk. Biar nggak gue doang yang bisa bucin halal, kalian juga bisa." Abrar, dokter yang baru saja menikah dengan sahabat karib Nacitta sejak SMA, Syeina, menyahut.

Nacitta hanya tersenyum simpul. Memang benar, Nazril seolah mengajaknya rujuk tetapi tak ada tindak lanjut untuk itu. Mereka, selama seminggu ini hanya menjalin hubungan sebagai orangtua bagi Nino.

"Brar, gue ngajak lu ke sini ada yang mau gue omongin. Soal kondisi Citta."

"Eh, kalian makan dulu aja yuk? Aku masak banyak kebetulan hari ini. Istrimu request banyak menu, Brar."

"Sorry ya, Cit. Dia emang segemesin itu. Makannya banyak tapi badannya tetep nggak berubah. Dia belum sampai sini ya?"

"Tadi diajak mami ambil kue di tempat adek. Tungguin bentar lagi nyampe. Yuk sambil makan. Bazla, Juna, tolongin dong."

"Siap Nyonya! Laksanakan."

Dua cecurut itu patuh pada mantan istri ketua geng mereka. Dengan cekatan, Juna dan Bazla membantu Nacitta menata piring.

Sementara itu, Nazril menyodorkan hasil usg terakhir Nacitta.

"Brar, ini yang mau gue ceritain."

Abrar membuka amplop berlogo rumah sakit tempatnya pernah magang dulu.

"Ini bener punya Citta?"

"Iya. Lu bisa jelasin sebenernya penyakit sialan kenapa bisa ada di tubuh wanita gue dan gue mau tahu gimana caranya buat bikin itu penyakit ilang."

"Panggil dia ke sini."

Instruksi Abrar ditindaklanjuti oleh Nazril. Ia memanggil Nacitta dan mengajaknya duduk di salah satu sisi ruang tengah sementara Nino diasuh oleh dua anggotanya yang lain.

"Keluhanmu sudah berapa lama?"

"Aku nggak begitu yakin tapi kayaknya enam bulan setelah lahiran itu memang aku ngerasa ada yang aneh sama badanku, Bang."

"Siklusmu aman?"

Nacitta menggeleng. "Aku pikir itu efek KB Bang, makanya siklusnya berubah dari yang sebelumnya. Dan ya udah hampir setahun, sampai akhirnya tiga bulan ini kalau aku haid berujung transfusi."

Green but Redflag (short love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang