Let Me Love You (pt 9)

324 33 7
                                    

Nika memilih untuk menenangkan diri di gampling dengan bertilawah. Ia harus menata ulang hatinya dan berpikir bagaimana cara menyampaikan berita ini pada sang ayah.

Derai air mata tak tertahan lagi. Ia abaikan luka di dahi akibat pukulan asbak kayu tadi.

"Nika? Nika?"

Suara Nacitta dan Syeina terdengar. Ia sebenarnya malas untuk keluar tetapi tak tega juga membiarkan dua ibu hamil itu khawatir.

Nika akhirnya membukakan pintu. Syeina dan Nacitta menatapnya dengan mata berair.

"Nika," isak Syeina.

Nacitta langsung memeluk kedua sahabatnya.

"Eh kalian kenapa?"

"Kami udah denger semua dari Juna."

Nika tersenyum.

"Excuse me, kotak P3K-nya. Sayang, tolong bantuin Nika." Abrar mengulurkan kotak berwarna putih itu pada Syeina.

"Ya Allah, ini darahnya sampai kering. Sini aku bersihin dulu."

"Nggak apa-apa kok, Syei, aku bisa sendiri."

"Udah diem. Ini keinginan keponakanmu." Syeina mendadak galak.

Ia membantu membersihkan luka Nika dengan alkohol.

"Nika," lirih Nacitta.

"Cit, jangan kayak gitu ih. Aku nggak apa-apa loh. Aku malah lega. Allah menunjukkan jika dia memang bukan jodohku di saat seperti ini. Aku nggak bisa mikir kalau kami udah terlanjur nikah terus gagal, naudzubillah."

Tiga orang di sana saling menyalurkan rasa.

"Nika, yang sabar ya. Allah nggak akan nguji kamu kalau kamu nggak mampu melewatinya."

"Excuse me, Mam. Ada panggilan buat barbequean."

"Barbeque? Serius?"

Nazril muncul bersama Abrar.

"Udah sana, have fun."

"Lah, ayo. Tuan putri semua harus ikut."

"Nggak ah. Aku ngantuk, Bang. Besok pagi aja ya."

"Nika, ayo... nanti anakku ileran. Kan pengen main kembang api bareng sambil bebakaran. Ayo." Syeina merengek.

Nika jelas tak bisa menolak. Ia paling lemah jika sudah berurusan dengan Syeina dan Nacitta.

"Yuk, keluar. Sayang, pakai jaketnya dulu. Dingin." Abrar dengan telatennya memakaikan jaket miliknya pada sang istri.

Sementara Nazril membantu Nacitta memakai kaos kaki dan sepatu karena takut kedinginan.

Nika mengusap wajahnya. Ia menyembunyikan tangis yang mendadak menyerang. Melihat dua sahabatnya telah berlabuh di hati yang tepat, jujur ada rasa iri. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang.

"Aku duluan kalau gitu, kalian pacaran terus," ucap Nika mencoba menetralkan perasaan.

"Ih, tunggu bentar Nika." Syeina berteriak.

Abrar segera mencekal pinggang istrinya. "Nggak usah lari. Bahaya. Jalan pelan-pelan atau aku gendong?"

Syeina mengerucutkan bibirnya. Ia akhirnya menurut pada sang suami. Sementara, Nacitta dibantu Nazril untuk berdiri. Tubuh kurusnya harus menopang perut besar berisi buah cinta mereka dengan penuh perjuangan.

******

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Green but Redflag (short love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang