Kondisi Jasmine mulai membaik. Setiap pulang dinas, Laksa selalu menemaninya. Bahkan, pemuda itu rela tidur di lantai rumah sakit yang dingin tanpa alas.
"Mas."
Jasmine yang sedari tadi menimbang-nimbang mau memanggil apa sosok laki-laki yang tengah tilawah itu akhirnya mengeluarkan suara.
Laksa menyudahi bacaannya. "Dalem, Sayang. Kenapa? Ada yang sakit?"
"Namaku Jasmine bukan Sayang."
Laksa tersenyum. "Dalem, Cah Ayu."
Jasmine mencebik. "Serahlah. Mas kenapa sih ke sini terus? Tiap malem Mas tidur di lantai."
"Aku mau jagain kamu. Nemenin papa jagain kamu."
"Kan udah ada papa."
"Papa sudah sepuh. Kasian kalau sendirian di sini. Misal kalian butuh apa-apa gimana?"
Jasmine menatap pria berkaos hitam itu.
"Mas itu sebenernya siapa? Kenapa aku nggak inget?"
Laksa tersenyum.
"Aku calon suamimu."
"Tapi aku nggak inget. Kapan kita kenal? Kenapa dari sekian banyak orang cuma kamu yang nggak aku inget?"
"Bisa jadi karena Allah ingin melindungimu."
"Maksudnya?"
Laksa mengubah posisi duduknya di kursi samping ranjang Jasmine.
"Kamu mau denger cerita? Tentang gadis ceria yang baik hati, yang begitu jujur pada perasaannya. Dia tidak pernah malu mengungkapkan apa yang ia rasakan, ia selalu ceria, totalitas dalam membahagiakan setiap orang yang dia sayangi."
Jasmine diam, ia mengamati Laksa yang tengah mendongeng sembari menunggu waktu kapan ia bisa mendebat laki-laki aneh itu.
"Menurutmu, ketika ada perempuan mengungkapkan perasaannya terang-terangan, menunjukkan perhatian dengan selalu tersenyum, mengirim chat pagi siang malam, menanyakan kabar, mengirim sarapan, makan siang dan makan malam. Apakah kira-kira perasaan wanita itu nyata atau palsu?"
Jasmine mengerutkan kening. "Nyata dong. Mana ada perempuan seperti itu? Aku ke Bang Jeje aja nggak kayak gitu. Bang Jeje yang ngejar-ngejar aku. Aku mah ogah ngaku duluan. Kecuali aku bener-bener cinta sama orang itu."
Senyum Laksa semakin lebar. Ia mengelus puncak kepala Jasmine pelan. "Percaya atau tidak, selama ini, hampir satu tahun, setiap harinya kamu melakukan hal itu ke aku."
"Bohong."
Laksa terkekeh. "Banyak saksinya."
"Mas pasti memanfaatkan orang-orang di sekitarku buat memanfaatkan kerusakan memori otakku kan? Ya kan? Biar aku mau nikah sama Mas. Asal Mas tahu, aku udah punya calon sendiri. Namanya Jefran. Dia pilot. Awas aja kalau Bang Jeje pulang, aku bakal kawin lari sama dia. Siap-siap kamu nangis di pojokan."
Wajah Laksa berubah, tak seratus persen sumringah.
"Andai memang dia kembali, kalau kamu memang memilih dia, aku rela lepasin kamu, Jasmine. Asal kamu bahagia. Nggak perlu kawin lari. Kawin lari itu nggak berkah. Dosa."
Jasmine mengerucutkan bibirnya. "Nggak usah sok sedih gitu mukanya. Bikin aku ngerasa bersalah aja."
Laksa kembali memamerkan lesung pipinya.
"Jasmine...."
"Hm?"
"Aku sayang kamu."
Jasmine mematung. Kalimat itu terdengar begitu dalam. Bohong jika dia tak salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...