Tawa Nino yang tak kunjung henti karena tingkah Om dan Tantenya, membuat Nacitta bahagia. Ia seperti menemukan hidupnya kembali.
"Itu bocah emang kelebihan energi semua ya? Cuman Abrar sama Bazla yang saving energy."
Ya, Abrar tertidur di pangkuan sang istri, sementara Bazla menyelonjorkan kaki di sofa.
"Biarin. Nino seneng banget sama mereka. Aku juga. Makasih ya, Mas, udah jadiin aku bagian dari kehangatan ini."
Nazril membentuk finger heart untuk Nacitta."Aku yang berterima kasih. Kamu mau menjadi bagian dari nggak jelasnya hidupku. Capek aku hidup ganteng dan pinter sendirian. Berdua sama Abrar sih. Jadi butuh asupan yang cantik dan pinter juga, si anak olimpiade."
Nacitta terkekeh. Di saat yang sama Bazla menjejak kaki Nazril dari sisi lain sofa.
"Jahat kamu, Mas! Terus aku kamu anggap apa selama ini?!" Bazla berakting seolah sedang menjadi istri yang tersakiti.
"Jyjyc, Baz!" tegur Nazril.
Nacitta tertawa. Mereka sedari dulu memang seperti itu. Selalu saja ada hal konyol terjadi jika Bazla dan Nazril sedang satu frame.
"Kak Baz lucu banget ih. Kenapa sih bisa semirip itu kalau niruin cewek-cewek."
"Yaiyalah, dia kan di rumah mainananya barbie. Adeknya kembar cewek, emaknya cewek, neneknya cewek. Bapaknya kan dulu kerjanya di Kalimantan. Si paling anak Bos tambang. Baliknya dua bulan sekali, itu kalau emaknya yang nyusulin ya dia setahun sekali doang ketemu bapaknya. Makanya jadi botty."
"Astagfirullah, bener-bener lu ye! Astagfirullah. Citta, boleh nggak sih gue pithes laki lu ini hm?" Bazla naik pitam.
Nacitta menggeleng dan serta merta memeluk ayah dari putranya. "Awas aja kalau berani!" bentaknya.
Nazril jelas senang, ia dibela oleh wanita yang akhirnya setuju rujuk dengannya.
"Bucin!" decih Bazla.
Di saat itu, Nika datang menawarkan minuman segar yang baru saja ia buat bersama ibu Nazril.
"Yang Mulia, mau minum?" tanya Nika dengan polosnya pada Bazla.
Nazril terbahak. "Ya Allah, Nika... Nika... mau-maunya sih kamu manggil dia Yang Mulia? Mulia apanya? Busuk gitu."
"Rese aja lu. Iri bilang bos! Anak Bos Tambang nih, senggol dong."
"Anak Perwira nih, senggol sini," balas Nazril yang tak mau kalah memamerkan pangkat sang ayah.
Nika terkikik. "Masih jaman ya gitu? Main keren-kerenan bapak?"
Tiga orang yang lain terbahak. Lelucon garing anak sekolah yang terbawa hingga mereka beranjak dewasa dan menua.
"Nggak nyangka ya, kita bisa rukun begini. Padahal, dulu, hmm... selalu gelud pas SMA."
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...