Jajaran pigura berderet. Foto di dalamnya, membuka cerita lama.
Flashback
"Shanaya!"
Niel yang baru saja selesai bimbingan untuk OSN-nya, masuk ke dalam kelas dengan wajah bersungut.
"Yes, Darl? Kenapa? Kangen? Sini peyuk."
Niel berdecih. "Shan, Syeina jaketnya ilang. Pasti kamu kan yang ambil?"
Shana yang tengah menghias kukunya menatap Niel heran.
"Hello, Nathaniel, kamu pikir aku si ratu fashion ini bakal nyuri jaket buluk dari cewek cimciman kamu itu? Kamu nggak liat. Badan dia aja separoh badanku. Misal aku ambil itu jaket rajut dia, aku pake jadi crop top. Tau. Nih yang cuma sampai di gunung doang sini. Percuma! Kamu kalau mau nuduh itu yang nalar dikir dong. Lagian cuma satu hal punya Syeina yang mau aku curi."
Niel menatap gahar pada Shana. "Apa? Kamu mau ambil apa dari Syeina? Awas aja kalau sampai kamu berani ngerusuh hidup Syeina, aku nggak bakal ngelepasin kamu sedetikpun."
"Wow, mau dong dipegangin terus. Jangan lepasin aku, Darl. Satu-satunya yang mau aku curi dari Syeina itu, fans gilanya. Yang namanya Niel. Aku bakal curi Niel dari Syeina. Aku bakal miliki dia dan bikin dia jauh dari Syeina selamanya."
Niel terkejut dengan counter attack Shana.
"Gila kamu!"
"Emang, aku tergila-gila sama kamu, Ielku."
Niel benar-benar tak habis pikir dengan tingkah Shana. Baru kali ini ada anak perempuan seliar itu.
"Shana, dari pada sama si cupu, mending sama aku, sini. Aku bisa kasih kamu semua. Aku juga bisa bawa kamu trip to heaven."
Stevan, anak baru pindahan yang juga seorang model itu menginterupsi.
"Nggak minat." Shana ketus, ia diam. Tak ada kata keluar dari bibir ranumnya.
Niel memang mengakui bahwa Shana jauh lebih cantik dan menarik daripada Syeina, tetapi hatinya terlanjur terpikat dengan Syeina.
"Sini, Darl, lunch dulu." Shana menarik Niel agar duduk di sampingnya.
"Shana, apa sih yang kamu liat dari si cupu ini? Mending sama aku." Evan mencoba menggoda Shana.
"Kamu mau tau apa yang aku liat setiap aku liat Niel? Dia itu, masa depanku. Suami idamanku."
Semua teman sekelas Shana dan Niel menganggap hal itu lelucon. Bahan bullyan yang dilontarkan Shana untuk Niel. Padahal, Shana jujur.
Ia mengagumi sosok Niel, meski penampilannya tak menarik. Ia sering terlihat dengan kacamatanya yang identik dengan kecupuan.
"Besok kalau kita udah nikah, kamu mau dipanggil apa? Ayah, Papi, Daddy, Papa?"
Niel yang memakan nasi box pemberian Shana hanya melirik gadis itu. Ia acuh.
"El, sini liat. Senyum dulu."
Kamera polaroid Shana merekam gambar saat itu. Di mana mereka masih mengenakan seragam putih abu abu.
"Aku mau dipanggil Bunda, El. Kamu pikirin dulu ya. Nanti kalau udah ada jawabannya kasih tau aku. Aku harus pemotretan. Aku skip matematika lagi di jam ke 7, 8, besok ajarin ya master matematika. Aku kerja dulu."
Shana berdiri dan mengambil tasnya. Ia sudah terbiasa seperti itu.
"Iel."
Niel yang sedang mengunyah makannya menoleh. Ia tak tahu Shana sudah siap menyerangnya dengan kecupan di pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...