Bunga mawar pink itu masih menemani Nika. Dua hari, ia lembur dan bunga itu menemaninya di kantor.
Ada beberapa dokumen terkait kelengkapan akreditasi yang masih harus ia selesaikan. Semalam ia sudah tidak pulang. Sengaja menginap di sekolah bersama anak-anak boarding di asrama putri.
Malam ini, Nika mau tidak mau harus pulang karena ada dokumen yang harus ia ambil di rumah. Sudah pukul 23.00 tetapi ia tetap nekat pulang meski agak ragu jika harus naik motor sendiri.
Marak kasus klitih atau penganiayaan dan penyerangan di jalanan oleh orang tak dikenal. Itulah kenapa ia ragu untuk berkendara sendiri.
"Nika, maaf, aku nggak bisa jemput kamu. Beneran ada kerjaan yang nggak bisa aku tinggalin soalnya."
Suara penuh sesal dari Dastan membuat Nika malah yang merasa bersalah karena mengabari Dastan jika ia tak berani pulang sendiri.
Kini, sembari membawa tas dan buket bunga pemberian Dastan, Nika memesan taksi online.
"Mbak, maaf, ini jalannya agak muter nggak apa-apa kan ya? Yang belakang GOR baru dicor Mbak. Malem-malem gini masih belum berhenti proyekannya. Bisanya lewat jalan lingkar."
"Nggak apa-apa, Pak. Sama aja kan." Nika menanggapi dengan ramah.
Ia sesekali mengecek pesan di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...