Pasangan pura-pura yang kini menaiki motor masing-masing itu pergi tanpa kata. Jasmine berniat untuk menemui Niel. Ia membelokkan motornya di gang menuju rumah Niel.
Polisi muda yang mengikutinya, sedikit terkejut dengan pilihan sang dara hingga hampir membuatnya tergelincir karena mengerem mendadak dan mengikuti masuk ke dalam gang.
"Kalau mau belok pakai lampu sent dulu!" Laksa menggerutu saat ia memarkirkan motor di samping motor Jasmine.
"Lah, udah kok. Kasian banget masih muda matanya bermasalah."
Jasmine acuh tak acuh. Ia menggeser gerbang rumah Niel. "Assalamualaikum, Pak Dosen!"
Salam itu dijawab si empunya rumah pelan. Niel ternyata baru saja pulang dari kampus dan posisinya masih di luar rumah.
"Are you okay?"
Jasmine memastikan dosen tampan di sana baik-baik saja sejak ditinggal oleh Shana.
"Niel, makan siang yuk?"
"Kemana?"
"Ke mana aja. Yuk... yuk... berdua aja."
"Itu, pengawalmu apa kabar?"
Jasmine mengajak Niel masuk ke dalam rumah. Ia sengaja tak mengajak Laksa, si brondong yang dulu sempat ia goda.
"Udah ayo buruan. Adek kecil, pulang sana. Kakak cantik sama Pak dosen mau kiw kiw dulu. Daah!"
Niel sudah paham dengan tingkah Jasmine yang seabsurd Shana. Ia menurut saja, masuk terlebih dulu ke dalam rumanya.
Saat Jasmine berusaha menutup pintu, Laksa sudah melompat dan menjadikan tangannya penghalang antara dua pintu rumah Niel.
Terjepitlah sudah tangan pemuda itu karena Jasmine menutupnya.
"Kyaaaa!" jerit Jasmine.
"Ih! Bocil! Kakakkan mau nutup pintu! Ish! Tuh kan, tanganmu merah. Duh."
Jasmine membuka pintu itu lagi. Niel tak habis pikir, drama anak sekolah kembali ia lihat.
"Sudah ajak masuk saja. Laporan kalian sama kan? Kalian dari rumah Shana?"
"Kok tau?" Jasmine terkejut.
"Evan menelpon. Dia marah-marah nyuruh aku ngaku kalau aku yang nyuruh kamu ke rumah Shana."
"Ha? Gimana-gimana? Emang itu sekuriti yang tadi di depan rumah Shana cepu ama bosnya?"
Niel mengendikkan bahu.
"Parah sih. Sumpah. Evan lama-lama gila deh kayaknya."
Jasmine mengeluarkan mini pouch berisi kotak P3Knya. Ia mengoles tangan Laksa dengan minyak mujarab resep ibunya, kemudian mengurutnya pelan sembari terus berbincang dengan Niel.
"Sudahlah, memang ini salah satu bentuk rasa cintanya Evan ke Shana."
Niel terdengar pasrah.
"Pak, nggak bisa kayak gini, Pak. Ada satu hal yang membuat saya curiga sama Pak Evan tapi setiap kali saya coba buktikan, pasti gagal."
"Ada apa memang?"
"Itu loh, soal cewek yang selalu pergi sama ibunya Pak Evan."
"Aluna itu? Kamu masih curiga sama dia? Kan udah aku bilang, dia itu punya suami. Lagian nggak mungkin Evan selingkuh ama yang model begituan. Mbak Aluna itu keliatan sholiha. Perempuan baik-baik."
Niel melempar tatap tajam pada Jasmine. "Maksudmu Shana bukan orang baik-baik?"
Jasmine terkikik. "Duh duh tersinggung ayangnya dijelekin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...