Sincerity 5

172 16 0
                                    

Shana baru saja menikmati teh mawarnya saat dua anggota sang ayah menjemputnya.

"Mbak Shana."

"Hai, Bang Janu. Kok sampai sini?"

"Mbak, kami ditugaskan komandan untuk menjemput Mbak Shana."

"Papa? Kenapa?"

"Komandan kurang enak badan."

"Papa sakit?"

Shana mendadak panik. Jasmine, teman Shana yang baru saja selesai memanen bunga-bunganya mengukir senyum lebar pada polisi berpangkat Briptu itu.

"Hai, anggota baru Om Sandy?"

"Cukup ya lu udah ngejar-ngejar Laksa."

Jasmine mendecak lidah.

"Skip ah. Brondong."

"Jas, aku balik dulu ya. Kalau lagi sakit, papa biasanya rada manja."

"Oke, salam buat Om Sandy ya. Eh bentar, ini buat Om Sandy."

Sebuah buket Jasmine berikan untuk ayah sahabatnya. Tetapi bukan hanya itu, sekeranjang buah segar sudah disiapkan untuk dibawa pulang Shana.

"Makasih bestie."

Jasmine mengangguk dan melambaikan tangan pada sahabatnya yang kini masuk ke dalam mobil dikawal dua orang anggota ayahnya.

****

Niel menatap rumah sebelah rumah tinggalnya. Pagi tadi, rumah itu masih ditempati pemiliknya dan kini sudah ditempeli kertas bertulis "DIJUAL".

Semua barang milik Shana sudah diangkut menggunakan truk.

"Pak Niel."

Seorang pemuda tinggi tegap menghormat pada Niel sebelum menyalaminya.

"Kemarin Pak Evan datang ke kantor. Beliau mengadu ke Komandan. Tentang Pak Niel dan Mbak Shana. Beliau menangis di depan komandan, mengatakan menyesal sudah marah pada Mbak Shana. Tapi... menurut saya itu manipulatif sih Pak."

Niel mengerutkan dahi.

"Maksudnya?"

"Hanya baca mimiknya aja, Pak. Kayaknya ada yang aneh. Tapi komandan sepertinya tetap percaya karena beliau tahu Mbak Shana sangat cinta dengan Pak Evan."

Laksa, pemuda itu tak bisa menahan diri untuk tidak cepu ke Niel, orang yang sudah ia anggap kakak sendiri.

Niel menepuk bahu Laksa. "Laksamana, aku titip Shana ya. Papanya melarangku berhubungan dengan Shana lagi. Tolong jaga dia dan kabarkan apapun yang terjadi padanya."

"Siap, Pak."

"Bang, sudah selesai." Junior Laksa memberitahukan.

"Oke, berangkat."

Laksa berpamitan pada Niel. "Bang, saya duluan ya."

"Shana tadi di tempat Jasmine."

Laksa menampilkan ekspresi tak terbaca.

"Oh, iya. Nanti kalau ada kabar tentang Mbak Shana, saya kabari Pak."

Niel mengangguk. Ia hanya bisa menatap barang-barang milik Shana diangkut truk, dikawal Laksa dan dua rekannya.

Secemburu itukah Evan? Haruskah dia marah dan mengatakan hal sekasar itu pada Shana? Kenapa tidak langsung mendatangiku dan menghajarku? Kenapa harus mengadu ke papanya Shana?

****

Shana melompat dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah ayahnya.

"Papa!"

Green but Redflag (short love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang