Aqilla beramah tamah dengan keluarga Juna sebelum berpamitan. Gadis itu memesan taksi online.
"Abi! Abi ayo pulang."
"Nak, Abi rumahnya sini. Yang pulang kamu sama Umi."
"Tapi... tapi... Abi janji mau sama aku terus."
Aqilla mencoba membujuk sang putra. "Ajan, sholih, kan ada umi."
Ajan merasa kecewa. Ia menatap Juna yang terdiam saja tanpa berkata apapun dengan pandangan kecewa.
"Abi, Umi bohong kan? Abi mau ikut Ajan kan?"
Juna seperti dejavu. Seminggu setelah kepergian sang ayah, ia harus merelakan pakdenya pulang ke rumah istrinya. Juna begitu kecewa saat sang pakde dan bude pergi tanpa mengajaknya.
"Aqilla, apa boleh biar Ajan di sini dulu? Ajan masih mau main sama adek-adek ya?"
Dewa pun sama, ia pernah melihat Juna bertingkah seperti Ajan sekarang. "Ajan ikut Eyang yuk. Kita nanti mau periksain adik bayinya Abimu."
"Mau. Mm... Umi, boleh?"
Aqilla melirik Juna.
"Kamu ikut Abi nanti. Tapi sekarang kita anter Umi pulang dulu."
"Anter Umi?"
"Mas aku bisa pulang sendiri."
Juna menatap tajam pada Aqilla. "Jan, umimu ngeyel."
"Ih, Umi, no no. Jangan buat abi marah lagi. Umi jangan nakal sama abi. Ya Umi. Istigfar dulu Umi."
Ratu dan Dewa terkekeh. "Gemes banget sih kamu, Sayang. Aqilla, biar dianter Juna ya. Tapi, itu tanganmu gimana Jun?"
"Aman, Bu. Aku ambil mobil dulu. Tunggu di sini."
Juna segera masuk ke rumah, mengambil kunci mobilnya.
"Ciee, ternyata lu kabur ke rumahnya Qilla? Untung ibu nggak tau kamu kecelakaan dan kabur dari RS."
"Bikin jantungan aja ih. Dasar adik gantengku, gemes." Gantari memeluk Juna.
"Mbak bocil, kunciku di mana?"
"Tuh, di rak kamarmu. Kemarin buat mainan anak-anak, terus aku pindahin."
Juna kemudian masuk ke dalam kamarnya. Ia mencari di rak yang sudah dirapikan sang ipar.
Banyak tumpukan barang di sana. Saat Juna mengambil kunci ia tak sengaja menyenggol benda yang sudah tujuh tahun menghuni kamarnya.
Kotak itu terbuka tutupnya. Sudah pasti Geya atau Gita merusak sebagian pita di sana sehingga kotak itu terbuka.
Juna merapikannya. Kado itu adalah pemberian Aqilla saat ia lulus dulu. Sebuah surat dan beberapa benda di sana. Ia mengantongi surat itu sebelum keluar.
Aqilla sudah menunggunya sembari berbincang dengan Arimbi, Gantari serta ibu, ayah Juna.
"Bu, Pak, Mbak Tari, Mbak Arim, saya pamit dulu nggih."
"Iya hati-hati, besok biar dijemput Juna ke sini. Le, Jun, diajak makan dulu, tadi soalnya nggak mau makan di sini."
Juna mengangguk.
"Abi aku di belakang ya. Mau bobok."
"Oke sholih. Kamu mau ke mana?"
"Masuk."
"Depan."
"Ih Juna jan galak-galak gitu ih. Bilang yang baik. Sayang duduk depan dong, gitu." Arimbi mengerjai iparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...