Nora duduk di ruang tamu yang sunyi, menggenggam secangkir teh hangat di tangan gemetar. Setahun yang lalu, Gana, kekasihnya, telah meninggal dalam kebakaran yang mengerikan. Tetapi sekarang, sesuatu tak terduga terjadi, Gana kembali, membuatnya merasa terombang-ambing antara kegembiraan dan ketidakpercayaan.
Sebagai seorang dokter, instingnya berteriak bahwa ini tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seseorang bisa kembali dari kematian? Tapi, keingintahuannya tak bisa ditahan. Diam-diam, dia memulai penyelidikan kecilnya sendiri.
Nora memeriksa berbagai sumber informasi, mulai dari arsip berita hingga rekam medis. Dia mencoba menemukan setiap petunjuk kebenaran yang mungkin tersembunyi di balik misteri ini. Tetapi, semakin dia menyelidiki, semakin bertambah rasa keraguan dan kebingungannya.
Dia mulai dengan mencari tahu lebih banyak tentang orang yang mengaku sebagai Gana. Nora menyelidiki riwayatnya, mencari tahu apakah ada bukti yang mendukung klaimnya. Dia memeriksa foto-foto lama, mencocokkan wajah dan ciri-ciri dengan kenangan yang masih segar dalam ingatannya.
Namun, semakin dia menyelidiki, semakin banyak pertanyaan yang muncul. Detail-detail kecil yang tidak cocok dengan kenangan Nora. Setiap petunjuk yang dia temukan membuatnya semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
"Ya Allah, aku harus bagaimana? Kenapa logikaku sulit sekali dibelokkan kali ini."
Nora bermonolog. Ia kembali mengecek ponselnya. Tak ada pesan lain selain pesan Gana yang mengatakan selamat malam.
Malam ini, menurut kabar dari Gehna, Gana masih belum pindah ke rumah orangtua mereka. Gana masih nyaman tinggal di kontrakannya sendiri.
"Aku nggak bisa kayak gini terus. Aku harus bicara sama Gana," ucap Nora pada dirinya sendiri.
Ia ingin mengatakan pada Gana kegelisahannya dan ribuan pertanyaan yang ada dalam benaknya. Ia ingin meminta bantuan pada Gana agar bisa meyakinkan diri untuk memulai semuanya dari awal.
Nora segera mengambil kunci mobilnya sembari menelpon sekertaris pribadi sang kakek.
"Bang Jo, abang tahu alamat kontrakan Gana kan? Katanya dulu yang jemput ke sana abang sama Ray?"
"Oh, iya Non. Di Amarta 8 Non."
Berbekal informasi itu, Nora pun pergi.
*****
Sebuah foto tanpa sengaja ditemukan oleh Ray saat membuka buku catatan lamanya.
Untuk pertama kalinya, Nora mau berfoto dengannya meski dengan ekspresi setengah cemberut karena kecewa tidak diijinkan pergi liburan oleh sang ayah pasca Nora sembuh dulu. Ayah Nora masih trauma dengan kenekatan sang putri, itulah kenapa ia melarang Nora pergi.
Ray waktu itu mengajaknya untuk jalan-jalan ke taman bermain terdekat.
Hamizan mendapati sang atasan tersenyum pada foto di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...