Kembali 1

279 23 2
                                    

Kain itu menutup rapat tubuh yang terbujur di sana. Laksamana Bhumi, kehilangan kekuatannya. Ia hanya bisa menggenggam kotak berwarna merah itu.

Jas... harusnya aku sempat menyematkan ini di jari manismu.

^^^^

Flashback

Jilbab pink, seragam pink, sepatu hitam dan tas hitam, lengkap dikenakan oleh sosok ayu berjilbab itu.

Shana, matanya membelalak saat sang sahabat dengan pedenya mengenakan baju itu di acara ulang tahunnya.

"Jas, kamu?"

"Cocok banget kan? Hm?"

Jasmine bergaya dengan seragam ala bhayangkari yang ia pinjam dari Sandy, ayah Shana. Konon, itu seragam milik ibu Shana dulu.

"Tema kita emang cosplay tapi kaan nggak gini juga Jasmine."

"Loh, kenapa emangnya? Kan sekalian. Nih, cocok banget nggak sih sama Mas ajudan tamvan ini. Duh, tinggal kasih name tag, Nyonya Jasmine Laksamana Bhumi. Duh, perfect."

Si empunyanya nama bergidik ngeri. Genap sebulan menjadi ajudan Sandy, Laksa harus menghadapi godaan cegil eksekutif macam Jasmine.

Pemilik bisnis toko bunga dan dekorasi itu tak segan-segan menggoda Laksa terang-terangan.

"Mbak, tolong jangan seperti ini."

Wajah tertekan milik Laksa membuat orang-orang disekitarnya terbahak.

"Udahlah, Sa, sana gass... biar nanti pas kenaikan pangkat udah gandeng Bhayangkarimu. Enggak ditemenin bayang-bayang mulu."

Ejekan dari Riko membuat anak buahnya meringis. "Siap, Ndan."

"Wah, siap beneran? Aku bilang ke ayahku ya?"

"Mbak... mbak anu... mbak, itu... bukan begitu. Ma-maaf saya keluar dulu."

Laksa melarikan diri. Jasmine terkikik melihat pemuda itu lari terbirit-birit darinya.

"Jas, bukan begitu caranya mendekati laki-laki seperti Laksamana."

Jasmine menatap Sandy. "Terus bagaimana Om Komandan?"

"Dekati dia dari perut. Bawain dia bekal, kirimi dia makan siang. Dia itu paling tidak tahan lapar. Kerjaannya ngemil dulu baru bisa berpikir. Dia nggak butuh rayuanmu. Dia hanya butuh kiriman makanan dari kamu."

"Oh, gitu ya?"

Shana merangkul sahabatnya. "Tuh udah dikasih kisi-kisi. Gass-in lah. Nggak capek apa sendiri terus?"

"Jomblo itu justru bebas bahagia. Ya kan Om? Buktinya Om Sandy aja betah membujang... eh menduda. Coba kalau jomblo nggak enak, pasti Om Sandy a.k.a papamu, udah ngecim aku jadi ibu tirimu."

Ucapan Jasmine mengundang gelak tawa. "Enak aja. Ogah punya ibu tiri mulut lemes begini."

"Aku padahal sempet mikir buat kiw kiwin papamu loh." Jeweran didapat Jasmine.

"Awas aja aneh-aneh ke papaku. Pa jangan mau sama dia. Dia cewek jadi-jadia. Lagian tipenya papa itu yang kalem. Kayak mamaku. Sholiha. Nggak solehot kek kamu."

"Bagusan aku solehot, lah kamu solemot. Lemot banget mikirnya lama."

Adu mulut dua sahabat tadi terus berlanjut sembari menikmati hidangan di yang tersaji di pesta ulang tahun Shana.

Laksa yang tadi melipir, kini menikmati sepiring sate kambing.

"Mbak Jasmine ngejar kamu ya?"

"Cuma bercanda."

Green but Redflag (short love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang