Hate You 5

229 25 12
                                    

Keysha POV

Kebodohanku terulang. Aku hampir mati karena sesak nafas dan rasa terbakar di dada pasca mengonsumsi americano pagi tadi.

Teman-temanku sudah heboh. Mereka memarahiku habis-habisan.

Nacitta, Syeina, dan Nika, bersama dengan bodyguard masing-masing menjengukku di rumah. Ya, beruntung aku tak perlu rawat inap.

"Jadi Izhan yang kasih kopi?"

"Bukan. Aku iseng kok beli."

Syeina menjewer telingaku. "Iseng katamu? Kenapa nggak minum segentong sekalian biar isengmu lucu. Ha? Konyol."

"Syei, sakit weh."

Semenjak hamil, ia memang mengerikan. Jauh lebih galak dan ekspresif. Sementara Nacitta yang awalnya sangar malah sensitif. Ia menangisiku dan mengelus-elus kepalaku sedari tadi.

"Kak Baim bilang udah nyegah kamu minum tapi tetep kamu minum. Ya kan?" Nika menambahi.

"Kenapa sih dia cepu?" gerutuku.

Aku mendadak punya ide. Agar tak menjadi pusat perhatian, aku mengganti topik.

"Eh, btw, dia di kantor banyak hatersnya. Boss, tadi aku denger banyak bawahan dia yang diam-diam ngegunjing dia. Emang dia belum kelar kuliahnya?"

Bazla mengembus napas. Pria yang sudah sah menjadi suami Nika itu sebenarnya tak mau membahas hal itu lagi kepermukaan.

"Itu udah kabar lama, Key."

"Beneran dia belum kelar kuliah?"

"Ya kamu kan tau Key kondisi dia gimana. Dia cari duit sendiri. Jadi, lulus SMA dia udah ngerantau ke Kalimatan jadi karyawan bapaknya Bazla. Sampai akhirnya pas Bazla udah kelar kuliah dan mau ambil alih perusahaan yang di sini, bapaknya Bazla ngirim dia balik ke sini buat jadi tangan kanan Bazla. Dia justru jauh lebih jago soal kerjaan dari pada kami-kami ini. Cuma ya akademiknya keteter."

Bazla menyugar rambut. "Buat gue ga penting titlenya. Selama etos kerjanya tinggi, loyalitasnya juga dan disiplin,amanah, gue sama bokap bakal mertahanin siapapun orangnya."

Jadi benar, rumor yang berkembang itu memang nyata.

"Harapan gue, lu sama Baim bisa saling bantu. Baim bisa bantu lu nvasah skill di lapangan dan lu bisa bantuin Baim nyelesaiin studynya. Secara kalian sejurusan."

Aku kini paham. Mau bagaimana lagi, mungkin memang sudah takdirnya kami menjadi partner kerja.

"Assalamualaikum, mohon maaf, saya terlambat."

Juna datang membawa beberapa buah tangan. Semua kompak menjawab salam Juna.

"Loh, Baim mana?"

"Dia skip dulu. Katanya sih lagi nggak bisa ngengeng. Jarinya melepuh kena air panas."

"Ha? Kok bisa?"

Juna mengendikkan bahu. "Tau ah. Paling dia overwork lagi. Jadi ya gitu ga fokus. So, nggak bisa motoran dulu. Barusan sampai rumah katanya jadi nggak bisa nyusul. Dia titip ini, Ca. Buat kamyu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Green but Redflag (short love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang