Hari demi hari berlalu....
Jemariku kini tak kosong lagi. Ada cincin berlian di sana, pengikatku dengan sosok mantan kekasihku dulu. Dia memboyongku di rumah yang ia beli setahun lalu.
Aku tidak menyangka, jajaran foto kami dulu terpajang rapi di kamar pribadinya.






"Alay," ucapku sembari terkikik melihat gambaran kami jaman dulu.Suara pintu tertutup terdengar. Aku menoleh. Manusia yang menikahiku kemarin itu masuk.
"Kenapa, Sayang?"
"Ngapain Mas simpen semua ini? Alay banget."
"Hm? Alay?"
Dia memelukku dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku.
"Ih, geli. Bentar, bentar, aku mau nanya dulu."
Aku memaksanya duduk di kursi, sementara aku berdiri di depannya.
"Kenapa sih? Hm?"
"Aku mau nanya dulu. Kenapa Mas bisa ngaku-ngaku cinta sama aku? Padahal kan Mas nggak cinta. Selama kita pacaran pun Mas cuma jadiin aku bahan taruhan kan?"
Aku menatapnya lekat. Dia sempat menghindari tatapku tetapi aku memaksanya untuk terus melihatku.
"Jawab!"
Mungkin memang benar, laki-laki lebih suka benda dari pada menatap mata lawan bicaranya.
"Iya, memang benar. Awalnya temen-temenku pada taruhan."
Aku mengembus napas kesal. "Tuh, kan. Harusnya kamu nggak perlu nikahin aku. Ngapain juga kamu nikahin cewek yang nggak kamu cinta!"
Aku kesal.
"Aca."
Suara bariton itu, terlalu candu dan melemahkanku.
"Duduk dulu dan dengarkan kelanjutannya."
Aku memasang muka kesal. Dia menarikku ke pangkuannya.
"Kamu sendiri yang nyuruh cerita, eh kamu juga yang ngambek. Dasar bocil."
Dia mengecup pipiku setelahnya.
"Ish! Cium-cium! Aku laporin papi loh!"
"Lapor aja, kita kan cuma berdua di sini."
Deg! Betul juga. Kami kan sudah pindah ke rumah kami sendiri sejak kemarin malam.
Aku mendengar suamiku terkekeh. Dia menangkupkan telapak tangannya di daguku.
"Dulu, temenku, iseng mengadakan taruhan. Karena bosan menyasar cewek-cewek populer, mereka mengubah target. Akhirnya, nama si peraih juara olimpiade yang keluar. Si adik kelas yang jadi murid kesayangan para guru."
Aku mengibaskan rambutku, menandakan aku cukup sadar diri jika pernah sepintar itu dulu.
"Awalnya aku nggak peduli karena hidupku waktu itu sedang capek-capeknya. Daddy belum lama meninggal. Kakek dan Bunda berebut hak asuh atas aku dan anak-anak tiri kakek berusaha menyingkirkanku berkali-kali. Tapi... Entah kenapa aku akhirnya memilih untuk mengikuti permainan temanku. Aku dengan pedenya menjadikan si adik kelas berkuncir kuda itu pacarku tanpa persetujuannya. Aku pikir, tidak merepotkan punya pacar cupu."
Kesal juga mendengar ceritanya tetapi aku penasaran.
"Tapi, tebakanku salah. Aku justru menemukan hal baru semenjak menjalin kisah dengan adik kelasku itu. Menemaninya belajar di perpus, main ke toko buku, ternyata cukup menyenangkan juga. Aku pikir selama ini nongkrong di tempat ramai lebih menyenangkan dari pada di tempat sepi seperti perpus. Nyatanya, aku salah. Aku justru merasa sangat nyaman di tempat-tempat sepi. Energiku bisa terisi."
Aku menatapnya, tatapan bak kucing kesepian itu selalu melemahkanku. Emosiku mendadak menguap.
"Tapi kamu cinta sama aku?"
"Dasar cewek."
Dia mencubit pipiku.
"Pakai tanya? Hm? Menurutmu apa aku bakal nikahin kamu kalau nggak sayang?"
"Tapi kan aku cuma taruhan." Aku masih tak mau kalah.
Dia mengembus napas. "Mending awalnya taruhan tetapi akhirnya nikahan. Dari pada yang katanya sayang tapi ternyata dibuang."
Aku mengerucutkan bibir. "Ih! Kamu ngejek aku? Ha? Aksara jelek!"
Aksa terlihat terkejut. "Kamu bilang apa? Hm?"
"Aksara jelek!"
Aku berjalan menjauh, tetapi suamiku terlanjur kesal. Ia paling tidak suka jika aku memanggilnya nama tanpa embel-embel 'Mas'.
"Mas mau ngapain?"
"Ngajarin anak kecil ini sopan santun!" geramnya.
Aku tak protes. Tak peduli dengan kemarahannya, yang jelas Aksa bisa membuatku lupa akan sakit hatiku. Ia bahkan bisa menghapus kisah kelamku dengan laki-laki brengsek yang kini mendekam di balik jeruji akibat diseret oleh kakakku ke meja hijau.
Ya, apa yang kau tanam pasti akan kau tuai. Menyemai benih cinta, kadang tak serta merta kita petik saat itu juga. Namun, yakinlah semua akan bersemi dan mekar di waktu yang tepat.
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
END
Assalamualaikum
Pindah ke couple lain yuk??Mau request???
Siapa ya???
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomansaKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...